17 Maret, 2008

Tao Te Ching II (lao tze)

Pasal 38:

Yang tertinggi kebajikannya tak pamerkan jasanya,
maka ia miliki kebajikan.
Yang terendah kebajikannya selalu pamerkan jasanya,
maka ia tak miliki kebajikan.
Kebajikan tertinggi bertindak tanpa tindakan, namun tak
ada yang tinggal tak terselesaikan.
Kebajikan terendah sibuk dalam tindakan, namun
banyak hal tak terselesaikan.
Yang tertinggi perikemanusiaannya bertindak tanpa mengharap budi balasan.
Yang tertinggi perikeadilannya bertindak dilandasi suatu alasan.
Yang tertinggi tatakramanya bertindak, tapi jika tak ada
yang mengikuti, lengan baju disingsingkan untuk memaksa orang mematuhi.
Oleh karena itu,
Jika kehilangan Tao, kebajikan menggantikan.
Jika kehilangan kebajikan, perikemanusiaan menggantikan.
Jika perikemanusiaan hilang, perikeadilan menggantikan.
Jika perikeadilan hilang, tatakrama dan peraturan menggantikan.
Sebagaimana tatakrama dan peraturan, sekedar kulit ari
kesetiaan dan ketulusan, dan merupakan awal kekacauan.
Tahu sebelumnya hanyalah sekedar kembang dari Tao,
dan awal dari kebodohan.
Karena itu Orang Besar sejati mengutamakan yang inti dan mengabaikan kulitnya,
Mengutamakan buah dan bukan kembangya.
Dia akan pilih yang ini dan bukan yang lainnya.

Pasal 39:

Sejak dulu yang manunggal dengan Tao:
Langit, menjadi terang.
Bumi, menjadi stabil.
Semangat, menjadi kuat.
Lembah, menjadi penuh.
Semua mahluk, menjadi hidup.
Para raja dan pangeran, menjadikan dunia dalam ketertiban.
Semua itu dicapai melalui kemanunggalan dengan Tao.
Jika langit tak menjadi terang, ia akan terbelah.
Jika bumi tak stabil, ia akan terguncang.
Jika semangat tak kuat, ia akan musnah.
Jika lembah tak penuh, ia akan gersang.
Jika semua mahluk tak hidup, mereka akan punah.
Jika para raja dan pangeran tak dapat menjadikan dunia dalam ketertiban, mereka akan dilengserkan.
Karena itu:
Yang mulia menggunakan hina sebagai pokok,
yang tinggi menggunakan rendah sebagai dasar.
Oleh sebab itu para raja dan pangeran merujuk dirinya sebagai 'yatim-piatu', 'janda-duda', dan 'hina-papa'.
Bukankah ini yang dimaksud kehinaan sebagai pokok kemuliaan?
Sebab itu:
Semisal kau miliki banyak kereta, jangan lekatkan dihati satupun jua;
Dan jika kau bijaksana, jangan tonjolkan dirimu sebagai batu permata,
tunjukkan seolah kau batu kerikil biasa.

Pasal 40:

Polaritas adalah gerakan Tao,
Kelenturan adalah jalan Tao,
Semua mahluk berasal dari yang ada,
Yang ada berasal dari yang tak ada.

Pasal 41:

Ketika sang bijak mendengar tentang Tao,
dengan serius ia mencoba mengamalkannya.
Ketika sang bijak kepalang mendengar tentang Tao,
terkadang ia ingat terkadang lupa.
Ketika si tipis budi mendengar tentang Tao,
tergelak ia tertawa.
Jika tidak ditertawakan, itu bukan Tao!
Maka dikatakan tentang Tao:
Jalan paling terang samar terlihatnya,
Jalan maju terasa surut langkah,
Jalan sejati menyesatkan terlihatnya,
Kebijakan tertinggi bagai sebuah lembah,
Warna putih yang paling putih terlihat bernoktah,
Kebijakan paling agung dirasakan tanggung,
Kebijakan paling kukuh terlihat rapuh,
Yang paling mendasar mudah berubah terlihatnya,
Ruangan luas tak bersudut terlihatnya,
Perkakas besar lama dibuatnya.
Nada tinggi tak bersuara,
Citra agung nan maya,
Tao tersembunyi dan tak bernama,
Hanya Tao dengan baik memberi dan menyempurnakannya.

Tidak ada komentar: