18 September, 2008

Nasehat Lukmanul Hakim

Sebermula adalah kata setengah pandita, bahwa Lukmanul Hakim itu nabi dan kata setengah lagi: ia waliullah; mana yang benar wallahu’alam.

Adapun mukjizat Lukmanul Hakim itu, segala yang ada di atas dunia ini dapat berkata-kata dengan dia dan semuanya menyatakan perkataannya, dan manfaatnya dan mudlaratnya dan khasiatnya masing-masing kepada Lukmanul Hakim. Oleh karena itu kata setengah pandita, Lukmanul Hakim itu keramat juga, maka dapat ia berkata-kata dengan segala barang yang ada di dunia ini.

Firman Allah subhanahu wata’ala: “Qala’llahu ta’ala wa laqad ataina Lukmanulhikmata,” Artinya: Allah subhanahu wata’ala, bahwasanya Aku turunkan kepada Lukman daripada segala hikmatku dan aku anugerahkan ia kepadanya.

Bahwasanya adalah tersebut dalam kitab Hikmatu’lhukma: apabila Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan ilmu hikmat kepada Lukmanul Hakim, maka terbukalah matanya dan telinganya dan hatinya dan barang yang ada dalam dunia ini telah nyatalah padanya. Maka segala yang dijadikan Allah subhanahu wa ta’ala masing-masing kepada Lukmanul Hakim, menyatakan sifat yang ada padanya. Ada yang berkata: “Akulah racun.” Ada yang berkata: “Aku penyakit.” Ada yang berkata: “Akulah penawar.” Yang lain berkata: “Akulah yang banyak khasiatnya.” Pendeknya berbagai-bagailah pengakuan segala benda yang ada di dunia ini. Semuanya itu dijadikan suatu kitab yang besar oleh Lukmanul Hakim. Oleh sebab itu dapatlah diketahui orang sekarang segala hal yang terjadi pada zaman Lukmanul Hakim.

Lain draipada kitab yang tersebut itu, adalah pula kitab karangan Lukmanul Hakim yang besar, Kitab Naseh Lukman namanya. Isinya segala pengajaran, ketika ia mengajar anaknya. Terlalu indah-indah perkataannya dan elok-elok nasihatnya.

Sekali peristiwa Lukmanul Hakim hadir di dalam suatu majlis. Maka bertanyalah seorang kepadanya, katanya: “Hai Lukman, aku mendengar kabar, bahwa kamu dahulu suatu pun tiada tahu mengenai ilmu hikmat. Pada masa itu gembala lembu dan kambing jua adamu. Benarkah kabar itu?”

Maka ujar orang itu pula: “Benarlah kabar itu, akulah Lukman yang gembala lembu dan kambing orang dan mengambil upah.”

Maka ujar orang itu pula: “Hai Lukman, bahwasanya sekarang ilmu dan hikmat seorang pun tiada seperti kamu. Betapakah segala ilmu dan hikmat itu kamu peroleh? Katakanlah kepadaku, supaya insyaf aku, mudah-mudahan, akan diriku.”

Sahut Lukmanul Hakim: “Bahwasanya ilmu dan hikmat itu daripada tiga perkara aku peroleh; pertama daripada kebenaran dan kelakuan dan perkataan dan perbuatan. Kedua daripada diam kira-kira yang benar adanya. Ketiga daripada menjauhkan diri daripada orang yang jahat. Maka ketiga perkara itulah pohon segala pengetahuan padaku.”

Seorang pula bertanya kepada Lukmanul Hakim: “Hai Lukman, segala adab itu nyata padamu, siapakah yang mengajarkan adab itu kepadamu?”

Sahut Lukmanul Hakim: “Bahwasanya belajar adab itu pada orang yang tiada beradab.”

Maka ujar orang itu pula: “Hai Lukman, betapakah orang yang tiada beradab itu dapat mengajarkan adab kepada orang? Terangkanlah kepadaku betapa kebenaran kata itu.”

Jawab Lukmanul Hakim: “Ketika aku duduk dalam suatu majlis, banyak kedengaran orang berkata-kata. Maka adalah seorang berkata-kata dengan tiada beradab. Maka dituturkanlah orang perbuatan dan perkataan orang itu. Oleh karena dia dicela dan dibenci, maka nyatalah kepadaku perkataan dan perbuatan orang itu tiada benar dan tiada baik, serta tiada diperkenankan Allah dan rasul-Nya. Dan sesama manusia pun tiada pula berkenan akan dia dan aku pun bencilah akan dia. Maka bertambah-tambahlah ada padaku insyaf dan pikir. Inilah peri aku belajar adab pada orang yang tiada beradab.

Al-Hikmah Lukman al-Hakim

1. Empat perkara yang harus dikehendaki dan lawannya harus dielakkan.

Pertama, bersahabat dengan berkasih-kasihan; kedua, dengan amal; ketiga, pengetahuan mengobati segala penyakit dengan dicobanya; keempat, kebesaran dunia akhirat dengan adab dan sopan pada sesama manusia, pada Allah subhanahu wa ta’ala pun juga.

2. Empat perkara yang menghilangkan empat perkara. Pertama, tiada mengucap

syukur, menghilangkan nikmat; kedua, malas mengerjakan sembahyang lima waktu, menghilangkan dunia dan akhirat; ketiga, aniaya menghilangkan kerajaan, kekuatan dan keadaan…; keempat, dengki dan membesar-besarkan diri, menghilangkan kehebatan dan kasih sayang dalam hati manusia.

3. Empat perkara yang mengenalkan.Pertama, kerajaan itu dengan adil; kedua,

hendaklah perbuatan itu dengan niat yang ikhlas; ketiga, beroleh nikmat dengan mengucap syukur akan Allah; keempat, iman dengan tasydik kita akan Allah.

4. Empat perkara orang yang berseteru dengan Allah ta’ala Pertama, Sultan yang

aniaya atas sekalian rakyatnya; kedua, orang yang biasa menyumpah; ketiga, orang fakir yang membesarkan dirinya; keempat, orang yang biasa berbuat zina, tiada dapat dibuangnya fi’ilnya itu. Bahwasanya fi’il itu perbuatan setan adanya.

5. Empat perkara yang menyampaikan. Pertama, adalah pertanyaan itu

menyampaikan kepada takut; kedua, membedakan itu menyampaikan kepada kekayaan; ketiga, sabar itu menyampaikan kepada yang dikasihi; keempat, harap itu menyampaikan kepada yang dituntutnya.

6. Empat perkara alamat orang yang murah. Pertama, ia memberi pada barang

siapa jua, tiada berkehendak akan puji atas dirinya. Kedua, pemberian itu tiada dipinta lagi. Ketiga, menyampaikan janji dengan tiada bersalah. Keempat, menolong ia dengan karena Allah semata-mata.

7. Empat perkara yang memberi melarat akan raja-raja. Pertama, apabila raja itu

aniaya atas sekalian rakyatnya. Kedua, melupakan daripada menterinya. Ketiga, khianat daripada orang yang disuruh. Keempat, kuasa atas sekalian tawanan, bagi orang yang boleh menguasai daripada peperangan.

8. Empat perkara alamat orang yang bijaksana. Pertama, barang katanya dengan

syariat (sejati). Kedua, barang kelakuannya dengan adab. Ketiga, barang kerjanya dengan sebenarnya. Keempat, barang yang diartikan itu hampir misal ibaratnya.

9. Empat perkara alamat orang yang ahmak (bebal), Pertama, barang katanya itu

dengan angkuh, yakni tinggi. Kedua, barang kelakuannya itu tiada berkehendak, adab lagi. Ketiga, barang kerjanya tiada dengan pikir. Keempat, barang wa’adnya (janji) itu banyak bersalahan.

10. Empat perkara yang menyampaikan empat perkara. Pertama, bantahan

menyampaikan kepada kemaluan. Kedua, membesarkan diri itu menyampaikan kepada berseteru. Ketiga, merugi itu menyampaikan kepada sesalan. Keempat, berlebihan itu menyampaikan kepada papa dan celaka.

11. Empat perkara yang telah lalu itu tak dapat sekali-kali dikembalikan lagi.

Pertama, barang yang telah tersurat akan sesuatu, yang dinamai kadha. Kedua, anak panah yang telah lepas dari busurnya. Ketiga, kata yang telah dikatakan. Keempat, umur yang telah zamani (lampau).

12. Adapun api empat perkara, Pertama, api berani. Kedua, api kayu. Ketiga, api

kilat. Keempat, api lapar, yakni orang yang amarah pada lapar, oleh sebab itu dinamai akan dia lapar api

.

13. Empat perkara warna mabuk. Pertama, mabuk berahi. Kedua, mabuk ….

Ketiga, mabuk minuman. Keempat, mabuk oleh kekayaan, sebab takabur dan gururnya.

14. Empat perkara yang menjadikan kehinaan, serta menjadi seterus. Pertama,

seterus sebab dengki hatinya. Kedua, sebab gemar berbantah dan berseteru bantahannya. Ketiga, tamak nafsunya, hingga menjadi seteru. Keempat, gusar, sebab bersenda gurau di hadapan perhimpunan orang banyak, sehingga menjadi berkelahi adanya.

15. Empat perkara yang menjadikan sesat segala manusia. Pertama, diturutnya

pengajar orang yang ahmak (bebal). Kedua, orang yang kurang bicara budi. Ketiga, bersahabat dengan orang yang jahat. Keempat, berkasih-kasihan dengan orang yang tiada menaruh kulit iman.

16. Empat perkara yang memberi melarat pada segala manusia.Pertama,

penggusar. Kedua, bersenda-senda gurau (secara berlebihan). Ketiga, pemalas. Keempat, bersegera yang tiada dengan kira-kira lagi.

17. Empat perkara yang tiada boleh dilawan. Pertama, api atau air atau angin.

Kedua, penyakit. Ketiga, hutang. Keempat, maut.

18. Empat perkara daripada gelap. Pertama, gelap mata. Kedua, gelap hati.

Ketiga, gelap iman. Keempat, gelap akal. Adapun gelap mata itu, menyesatkan perjalanan, dan gelap hati menyesatkan ingatan dan pikir, dan gelap iman itu akan menyesatkan makrifat kepada Allah subhana wa ta’ala dan gelap akal itu akan menyesatkan daripada perkara yang ketiga itu adanya.

19. Empat perkara yang mengurangkan empat perkara, tetapi menambah empat

perkara yang lain. Pertama, makan banyak, mengurangkan usaha, menambahi malas. Kedua, sangat banyak tidur, mengurangkan akal, menambahi alpa. Ketiga, sangat banyak jimak, mengurangkan kaut, menambahi sakit. Keempat, banyak sukacita, mengurangkan ibadat, menambahi dosa dan menghampirkan dukacita.

20. Empat perkara yang menambahi sehat dan istirahat pada segala manusia.

Pertama, mengucapkan syukur atas nikmat Tuhan seru sekalian alam dan mengharap barang yang dianugerahkan Allah subhanahu wa ta’ala. Kedua, mendengarkan orang yang benar. Ketiga, jangan dikira-kirakan barang yang tiada kekal adanya. Keempat, mencari tempat yang sunyi dan duduk di dalam kebajikan.

21. Empat perkara yang menambahi empat perkara. Pertama, tubuh sehat

menambahi kesenangan hati. Kedua, badan kuat menambahi makan yang baik khasiatnya. Ketiga, lemah itu, sebab banyak memperoleh dukacita. Keempat, terjadinya penyakit dalam tubuh itu, karena bertemu dua yang berlawanan; seperti panas dengan panas yang kurang atau bertambah daripada hadnya (batasnya).

22. Empat perkara yang baik kepada manusia. Pertama, kata. Kedua, harta.

Ketiga, jimak. Keempat< makan dan tidur.

23. Empat perkara yang terpuji bagi segala manusia. Pertama, fi’il yang baik.

Kedua, kata-kata dengan adab. Ketiga, tawaduk, yakni merendahkan diri. Keempat, murah hatinya.

24. Empat perkara dihinakan oleh manusia. Pertama, kurang bicara. Kedua,

banyak seterus. Ketiga, menghinakan hikmat. Keempat, menurut pandai kira-kira orang yang ahmak (bebal). Maka jadilah binasa pekerjaan manusia itu.

25. Empat perkara yang sangat jahat. Pertama, kabir akan orang yang berpunya.

Kedua, orang tiada peduli akan segala handai tolannya. Ketiga, perkataannya dusta daripada segala hukumannya. Keempat, orang yang kurang malunya, dan jika perempuan peri yang demikian itu, terlebih lagi keji adanya.

26. Empat perkara yang ada segala pekerjaan tergantung padanya. Pertama,

berniaga. Kedua, bercocok tanam. Ketiga, amarah. Keempat, pengetahuan.

27. Empat perkara yang menambahi kuat pada tubuh manusia. Pertama, makan

daging. Kedua, memakai pakaian yang halus. Ketiga, memakai bau-bauan yang harum-harum. Keempat, mandi dalam tiga kali sehari.

28. Empat perkara yang menda’ifkan tubuh manusia. Pertama, jimak banyak.

Kedua, percintaan atau kesal banyak dalam hatinya. Ketiga, dibiasakan minum air terdahulu daripada makan nasi atau roti atau barang sebagainya. Keempat, memakan asam banyak.

29. Empat perkara yang mengurangkan cahaya mata. Pertama, memandikan

mayat. Kedua, memandang paras perempuan. Ketiga, memandang pihak sebelah maghrib dan kiblat. Keempat, terlalu sangat memandang ke masyrik (timur) pada ketika ke sungai, kadha hajat seni atau besar pada ketika jimak atau pada ketika mandi tidak berkain basahan.

30. Empat perkara yang menambahi cahaya mata. Pertama, duduk pada barang

tempat menghadap kiblat. Kedua, hendaklah pada tiap-tiap malam berjaga. Ketiga, memandang pada air yang mengalir. Keempat, memandang pada tumbuh-tumbuhan kayu yang hijau daunnya.

Perkataan Lukmanul Hakim

Empat perkara isi neraka: Pertama, segala raja-raja yang mengambil hak rakyatnya tiada dengan sebenarnya dan menghukumkan dengan segala gagahnya atas segala rakyatnya. Kedua, raja yang alpakan negerinya dan rakyatnya dan tiada memeliharakan rakyatnya. Ketiga, orang yang berbuat fitnah sana sini pada sesama manusia. Keempat, orang yang tiada ingat akan dirinya dan alpakan mautnya, yakni melupakan matinya dan tobatnya.

Tidak ada komentar: