18 September, 2008

Syekh abdush shamad Al- Palimbani

Tidak banyak orang yang mengenal nama Syeikh Abdush Shamad Al-Palimbani. Bahkan, mungkin tidak ada yang tahu sama sekali atau baru kali ini mengenal namanya.

Padahal, Syeikh Al-Palimbani, demikian biasa ia disebut banyak kalangan, merupakan salah satu kunci pembuka dan pelopor perkembangan intelektualisme nusantara. Malah, sebagian sejarawan seperti Azyumardi Azra, menilai Al-Palimbani sebagai sosok yang memiliki kontribusi penting bagi pertumbuhan Islam di dunia Melayu. Khususnya di era abad 18 M.

Riwayat hidup Abdush Shamad al-Palimbani sangat sedikit diketahui. Seperti yang pernah ditelusuri M. Chatib Quzwain dan juga Hawash Abdullah, satu-satunya yang menginformasikan tentang dirinya hanya Al-Tarikh Salasilah Negeri Kendah (di Malaysia) yang ditulis Hassan bin Tok Kerani Mohammad Arsyad pada 1968.

Sumber ini menyebutkan, Abdush Shamad adalah putra Syekh Abdul Jalil bin Syekh Abdul Wahhab bin Syekh Ahmad al-Mahdani (ada yang mengatakan al-Mahdali), seorang ulama keturunan Arab (Yaman) yang diangkat menjadi Mufti negeri Kedah pada awal abad ke-18. Sementara ibunya, Radin Ranti adalah seorang wanita Palembang. Syekh Abdul Jalil adalah ulama besar sufi yang menjadi guru agama di Palembang.

Tetapi, Azyumardi menginformasikan nama Al-Palimbani juga terdapat dalam kamus-kamus biografi Arab. Suatu hal yang tidak pernah ada sebelumnya, ulama Melayu-lndonesia ditulis dalam kamus biografi Arab. Ini menunjukkan Al-Palimbani mempunyai karir terhormat di Timur Tengah.

Dalam literatur Arab, Al-Palimbani dikenal dengan nama Sayyid Abdush Shamad bin Abdur Rahman al-Jawi. Tokoh ini, menurut Azra, bisa dipercaya adalah Al-Palimbani karena gambaran karirnya hampir seluruhnya merupakan gambaran karir Abdush Shamad al-Palimbani yang diberitakan sumber-sumber lain.

Sumber yang menyebutkan silsilahnya sebagai keturunan Arab tidak pernah dikonfirmasikan oleh Al-Palimbani sendiri. Jika keterangan sumber tersebut benar, tentu Al-Palimbani akan mencantumkan nama besar al-Mahdali pada akhir namanya. Ini dapat dilihat dari setiap tulisannya, ia menyebut dirinya Syekh Abdush Shamad al-Jawi al-Palimbani. Kemungkinan dalam dirinya memang mengalir darah Arab tetapi silsilah itu tidak begitu jelas atau ada mata rantai yang tidak bersambung. Dan barangkali dia lebih merasa sebagai orang Indonesia sehingga mencantumkan ‘al-Jawi‘ dan ‘al-Palimbani‘ di ujung namanya.

Tasawuf

Al-Palimbani mengawali pendidikannya di Kedah dan Pattani (Thailand Selatan). kemudian dia berangkat ke Makkah melanjutkan pendidikannya. Di Makkah dan Madinah, Al-Palimbani banyak mempelajari berbagai disiplin ilmu kepada ulama-ulama besar masa itu. Kendati pendidikannya sangat tuntas mengingat ragam ulama tempatnya belajar, Al-Palimbani mempunyai kecenderungan pada tasawuf. Karena itu, di samping belajar tasawuf di Masjidil-Haram, ia juga mencari guru lain dan membaca kitab-kitab tasawuf yang tidak diajarkan di sana.

Guru-gurunya antara lain Syekh Abdur Rahman bin Abdul ‘Aziz al-Magribi, Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Madani (w. 1190 H/1776 M), Syekh Mustafa al-Bakri (w. 1162 H/1749 M). Dan bersama Muhammad Arsyad al-Banjari, Abdul Wahab Bugis dan Abdul-Rahman Masri Al-Batawi dari Jakarta, mereka membentuk empat serangkai yang sama-sama menuntut ilmu di Makkah dan belajar tarekat di Madinah kepada Syekh Muhammad al-Samman (w. 1162 H/1749 M), juga bersama-sama dengan Dawud Al-Fatani dari Patani, Thailand Selatan.

Selama belajar pada Syekh Muhammad al-Samman, Al-Palimbani dipercaya mengajar rnurid-murid Al-Sammani yang asli orang Arab. Karena itu sepanjang menyangkut kepatuhannya pada tarekat, Al-Palimbani banyak dipengaruhi Al-Sammani dan dari dialah Al-Palimbani mengambil tarekat Khalwatiyyah dan Sammaniyyah. Sebaliknya, melalui Al-Palimbani-lah tarekat Sammaniyyah mendapat lahan subur dan berkembang tidak hanya di Palembang tetapi juga di bagian lain wilayah Nusantara bahkan di Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina.

Jihad Melawan Kolonialisme

Al-Palimbani rnemantapkan karirnya di Haramayn (Mekkah dan Madinah) dan mencurahkan waktunya untuk menulis dan mengajar. Disana ia terlibat dalam ‘komunitas Jawi' yang membuatnya tetap tanggap terhadap perkembangan sosio-religius dan politik di Nusantara.

Peran pentingnya tidak hanya karena keterlibatannya dalam jaringan ulama, melainkan lebih penting lagi karena tulisan-tulisannya yang tidak hanya menyebarkan ajaran-ajaran sufisme tetapi juga menghimbau kaum Muslimin melancarkan jihad melawan kolonialis Eropa, dibaca secara luas di wilayah Melayu-lndonesia. Peranan dan perhatian tersebut memantapkannya sebagai ulama asal Palembang yang paling menonjol dan paling berpengaruh melalui karya-karyanya.

Al-Palimbani berperan aktif dalam memecahkan dua persoalan pokok yang saat itu dihadapi bangsa dan tanah airnya, baik di kesultanan Palembang maupun di kepulauan Nusantara. Yaitu menyangkut dakwah Islamiyah dan kolonialisme Barat.

Mengenai dakwah Islam, ia menulis selain dua kitab tersebut di atas, yang menggabungkan mistisisme dengan syariat, ia juga menulis Tuhfah al-Ragibtn ft Sayan Haqfqah Iman al-Mukmin wa Ma Yafsiduhu fi Riddah al-Murtadin (1188). Di mana ia memperingatkan pembaca agar tidak tersesat oleh berbagai paham yang menyimpang dari Islam seperti ajaran tasawuf yang mengabaikan syariat, tradisi menyanggar (memberi sesajen) dan paham wujudiyah muthid yang sedang marak pada waktu itu.

Mengenai kolonialisme Barat, Al-Palimbani menulis kitab Nasihah al-Muslimin wa tazkirah al-Mu'min fi Fadail Jihad ti Sabilillah, dalam bahasa Arab, untuk menggugah semangat jihad umat Islam sedunia. Tulisannya ini sangat berpengaruh pada perjuangan kaum Muslimin dalam melawan penjajahan Belanda, baik di Palembang maupun di daerah-daerah lainnya. Hikayat Perang Sabil-nya Tengku Cik di Tiro dikabarkan juga mengutip kitab tersebut.

Tahun wafatnya Al-Palimbani tidak diketahui dengan pasti. Al-Tarikh Salasilah Negeri Kendah menyebutkan tahun 1244 H/1828 M. Namun, kebanyakan peneliti lebih cenderung menduga Al-Palimbani wafat tak lama setelah ia meyelesaikan Sayr al-Salikin (1203 H/1788 M). Argumen mereka, Sayr al-Salikin adalah karya terakhirnya dan jika dia masih hidup sampai 1788 M kemungkinan dia masih tetap aktif menulis. Al-Baythar - seperti dikutip Azyumardi Azra - menyebutkan ia wafat setelah tahun 1200/1785. Namun Azyumardi Azra sendiri juga lebih cenderung mengatakan ia wafat setelah menyelesaikan Sayr al-Salikin, tahun 1788 M.

Karya Tulis Al-Palimbani

Tercatat delapan karya tulis Al-Palimbani, dua diantaranya telah dicetak ulang beberapa kali, dua hanya tinggal nama dan naskah selebihnya masih bisa ditemukan di beberapa perpustakaan, baik di Indonesia maupun di Eropa. Pada umumnya karya tersebut meliputi bidang tauhid, tasawuf dan anjuran untuk berjihad. Karya-karya Al-Palirnbani selain empat buah yang telah disebutkan di atas adalah:

1. Zuhrah al-Murid fi Bayan Kalimah al-Tauhid, ditulis pada 1178 H/1764 M di Makkah dalam bahasa Melayu, memuat masalah tauhid yang ditulisnya atas perrnintaan pelajar Indonesia yang belurn menguasai bahasa Arab.

2. Al-'Uwah al-Wusqa wa Silsilah Ulil-Ittiqa', ditulis dalam bahasa Arab, berisikan wirid-wirid yang perlu dibaca pada waktu-waktu tertentu.

3. Ratib ‘Abdal-Samad, semacam buku saku yang berisi zikir, puji-pujian dan doa yang dilakukan setelah shalat Isya. Pada dasarnya isi kitab ini hampir sama dengan yang terdapat pada Ratib Samman.

4. Zad al-Muttaqin fi Tauhid Rabb al-'Alamin, berisi ringkasan ajaran tauhid yang disampaikan oleh Syekh Muhammad al-Samman di Madinah.






Sumber: www.infokito.com. (dengan pengeditan seperlunya)

Nasehat Lukmanul Hakim

Sebermula adalah kata setengah pandita, bahwa Lukmanul Hakim itu nabi dan kata setengah lagi: ia waliullah; mana yang benar wallahu’alam.

Adapun mukjizat Lukmanul Hakim itu, segala yang ada di atas dunia ini dapat berkata-kata dengan dia dan semuanya menyatakan perkataannya, dan manfaatnya dan mudlaratnya dan khasiatnya masing-masing kepada Lukmanul Hakim. Oleh karena itu kata setengah pandita, Lukmanul Hakim itu keramat juga, maka dapat ia berkata-kata dengan segala barang yang ada di dunia ini.

Firman Allah subhanahu wata’ala: “Qala’llahu ta’ala wa laqad ataina Lukmanulhikmata,” Artinya: Allah subhanahu wata’ala, bahwasanya Aku turunkan kepada Lukman daripada segala hikmatku dan aku anugerahkan ia kepadanya.

Bahwasanya adalah tersebut dalam kitab Hikmatu’lhukma: apabila Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan ilmu hikmat kepada Lukmanul Hakim, maka terbukalah matanya dan telinganya dan hatinya dan barang yang ada dalam dunia ini telah nyatalah padanya. Maka segala yang dijadikan Allah subhanahu wa ta’ala masing-masing kepada Lukmanul Hakim, menyatakan sifat yang ada padanya. Ada yang berkata: “Akulah racun.” Ada yang berkata: “Aku penyakit.” Ada yang berkata: “Akulah penawar.” Yang lain berkata: “Akulah yang banyak khasiatnya.” Pendeknya berbagai-bagailah pengakuan segala benda yang ada di dunia ini. Semuanya itu dijadikan suatu kitab yang besar oleh Lukmanul Hakim. Oleh sebab itu dapatlah diketahui orang sekarang segala hal yang terjadi pada zaman Lukmanul Hakim.

Lain draipada kitab yang tersebut itu, adalah pula kitab karangan Lukmanul Hakim yang besar, Kitab Naseh Lukman namanya. Isinya segala pengajaran, ketika ia mengajar anaknya. Terlalu indah-indah perkataannya dan elok-elok nasihatnya.

Sekali peristiwa Lukmanul Hakim hadir di dalam suatu majlis. Maka bertanyalah seorang kepadanya, katanya: “Hai Lukman, aku mendengar kabar, bahwa kamu dahulu suatu pun tiada tahu mengenai ilmu hikmat. Pada masa itu gembala lembu dan kambing jua adamu. Benarkah kabar itu?”

Maka ujar orang itu pula: “Benarlah kabar itu, akulah Lukman yang gembala lembu dan kambing orang dan mengambil upah.”

Maka ujar orang itu pula: “Hai Lukman, bahwasanya sekarang ilmu dan hikmat seorang pun tiada seperti kamu. Betapakah segala ilmu dan hikmat itu kamu peroleh? Katakanlah kepadaku, supaya insyaf aku, mudah-mudahan, akan diriku.”

Sahut Lukmanul Hakim: “Bahwasanya ilmu dan hikmat itu daripada tiga perkara aku peroleh; pertama daripada kebenaran dan kelakuan dan perkataan dan perbuatan. Kedua daripada diam kira-kira yang benar adanya. Ketiga daripada menjauhkan diri daripada orang yang jahat. Maka ketiga perkara itulah pohon segala pengetahuan padaku.”

Seorang pula bertanya kepada Lukmanul Hakim: “Hai Lukman, segala adab itu nyata padamu, siapakah yang mengajarkan adab itu kepadamu?”

Sahut Lukmanul Hakim: “Bahwasanya belajar adab itu pada orang yang tiada beradab.”

Maka ujar orang itu pula: “Hai Lukman, betapakah orang yang tiada beradab itu dapat mengajarkan adab kepada orang? Terangkanlah kepadaku betapa kebenaran kata itu.”

Jawab Lukmanul Hakim: “Ketika aku duduk dalam suatu majlis, banyak kedengaran orang berkata-kata. Maka adalah seorang berkata-kata dengan tiada beradab. Maka dituturkanlah orang perbuatan dan perkataan orang itu. Oleh karena dia dicela dan dibenci, maka nyatalah kepadaku perkataan dan perbuatan orang itu tiada benar dan tiada baik, serta tiada diperkenankan Allah dan rasul-Nya. Dan sesama manusia pun tiada pula berkenan akan dia dan aku pun bencilah akan dia. Maka bertambah-tambahlah ada padaku insyaf dan pikir. Inilah peri aku belajar adab pada orang yang tiada beradab.

Al-Hikmah Lukman al-Hakim

1. Empat perkara yang harus dikehendaki dan lawannya harus dielakkan.

Pertama, bersahabat dengan berkasih-kasihan; kedua, dengan amal; ketiga, pengetahuan mengobati segala penyakit dengan dicobanya; keempat, kebesaran dunia akhirat dengan adab dan sopan pada sesama manusia, pada Allah subhanahu wa ta’ala pun juga.

2. Empat perkara yang menghilangkan empat perkara. Pertama, tiada mengucap

syukur, menghilangkan nikmat; kedua, malas mengerjakan sembahyang lima waktu, menghilangkan dunia dan akhirat; ketiga, aniaya menghilangkan kerajaan, kekuatan dan keadaan…; keempat, dengki dan membesar-besarkan diri, menghilangkan kehebatan dan kasih sayang dalam hati manusia.

3. Empat perkara yang mengenalkan.Pertama, kerajaan itu dengan adil; kedua,

hendaklah perbuatan itu dengan niat yang ikhlas; ketiga, beroleh nikmat dengan mengucap syukur akan Allah; keempat, iman dengan tasydik kita akan Allah.

4. Empat perkara orang yang berseteru dengan Allah ta’ala Pertama, Sultan yang

aniaya atas sekalian rakyatnya; kedua, orang yang biasa menyumpah; ketiga, orang fakir yang membesarkan dirinya; keempat, orang yang biasa berbuat zina, tiada dapat dibuangnya fi’ilnya itu. Bahwasanya fi’il itu perbuatan setan adanya.

5. Empat perkara yang menyampaikan. Pertama, adalah pertanyaan itu

menyampaikan kepada takut; kedua, membedakan itu menyampaikan kepada kekayaan; ketiga, sabar itu menyampaikan kepada yang dikasihi; keempat, harap itu menyampaikan kepada yang dituntutnya.

6. Empat perkara alamat orang yang murah. Pertama, ia memberi pada barang

siapa jua, tiada berkehendak akan puji atas dirinya. Kedua, pemberian itu tiada dipinta lagi. Ketiga, menyampaikan janji dengan tiada bersalah. Keempat, menolong ia dengan karena Allah semata-mata.

7. Empat perkara yang memberi melarat akan raja-raja. Pertama, apabila raja itu

aniaya atas sekalian rakyatnya. Kedua, melupakan daripada menterinya. Ketiga, khianat daripada orang yang disuruh. Keempat, kuasa atas sekalian tawanan, bagi orang yang boleh menguasai daripada peperangan.

8. Empat perkara alamat orang yang bijaksana. Pertama, barang katanya dengan

syariat (sejati). Kedua, barang kelakuannya dengan adab. Ketiga, barang kerjanya dengan sebenarnya. Keempat, barang yang diartikan itu hampir misal ibaratnya.

9. Empat perkara alamat orang yang ahmak (bebal), Pertama, barang katanya itu

dengan angkuh, yakni tinggi. Kedua, barang kelakuannya itu tiada berkehendak, adab lagi. Ketiga, barang kerjanya tiada dengan pikir. Keempat, barang wa’adnya (janji) itu banyak bersalahan.

10. Empat perkara yang menyampaikan empat perkara. Pertama, bantahan

menyampaikan kepada kemaluan. Kedua, membesarkan diri itu menyampaikan kepada berseteru. Ketiga, merugi itu menyampaikan kepada sesalan. Keempat, berlebihan itu menyampaikan kepada papa dan celaka.

11. Empat perkara yang telah lalu itu tak dapat sekali-kali dikembalikan lagi.

Pertama, barang yang telah tersurat akan sesuatu, yang dinamai kadha. Kedua, anak panah yang telah lepas dari busurnya. Ketiga, kata yang telah dikatakan. Keempat, umur yang telah zamani (lampau).

12. Adapun api empat perkara, Pertama, api berani. Kedua, api kayu. Ketiga, api

kilat. Keempat, api lapar, yakni orang yang amarah pada lapar, oleh sebab itu dinamai akan dia lapar api

.

13. Empat perkara warna mabuk. Pertama, mabuk berahi. Kedua, mabuk ….

Ketiga, mabuk minuman. Keempat, mabuk oleh kekayaan, sebab takabur dan gururnya.

14. Empat perkara yang menjadikan kehinaan, serta menjadi seterus. Pertama,

seterus sebab dengki hatinya. Kedua, sebab gemar berbantah dan berseteru bantahannya. Ketiga, tamak nafsunya, hingga menjadi seteru. Keempat, gusar, sebab bersenda gurau di hadapan perhimpunan orang banyak, sehingga menjadi berkelahi adanya.

15. Empat perkara yang menjadikan sesat segala manusia. Pertama, diturutnya

pengajar orang yang ahmak (bebal). Kedua, orang yang kurang bicara budi. Ketiga, bersahabat dengan orang yang jahat. Keempat, berkasih-kasihan dengan orang yang tiada menaruh kulit iman.

16. Empat perkara yang memberi melarat pada segala manusia.Pertama,

penggusar. Kedua, bersenda-senda gurau (secara berlebihan). Ketiga, pemalas. Keempat, bersegera yang tiada dengan kira-kira lagi.

17. Empat perkara yang tiada boleh dilawan. Pertama, api atau air atau angin.

Kedua, penyakit. Ketiga, hutang. Keempat, maut.

18. Empat perkara daripada gelap. Pertama, gelap mata. Kedua, gelap hati.

Ketiga, gelap iman. Keempat, gelap akal. Adapun gelap mata itu, menyesatkan perjalanan, dan gelap hati menyesatkan ingatan dan pikir, dan gelap iman itu akan menyesatkan makrifat kepada Allah subhana wa ta’ala dan gelap akal itu akan menyesatkan daripada perkara yang ketiga itu adanya.

19. Empat perkara yang mengurangkan empat perkara, tetapi menambah empat

perkara yang lain. Pertama, makan banyak, mengurangkan usaha, menambahi malas. Kedua, sangat banyak tidur, mengurangkan akal, menambahi alpa. Ketiga, sangat banyak jimak, mengurangkan kaut, menambahi sakit. Keempat, banyak sukacita, mengurangkan ibadat, menambahi dosa dan menghampirkan dukacita.

20. Empat perkara yang menambahi sehat dan istirahat pada segala manusia.

Pertama, mengucapkan syukur atas nikmat Tuhan seru sekalian alam dan mengharap barang yang dianugerahkan Allah subhanahu wa ta’ala. Kedua, mendengarkan orang yang benar. Ketiga, jangan dikira-kirakan barang yang tiada kekal adanya. Keempat, mencari tempat yang sunyi dan duduk di dalam kebajikan.

21. Empat perkara yang menambahi empat perkara. Pertama, tubuh sehat

menambahi kesenangan hati. Kedua, badan kuat menambahi makan yang baik khasiatnya. Ketiga, lemah itu, sebab banyak memperoleh dukacita. Keempat, terjadinya penyakit dalam tubuh itu, karena bertemu dua yang berlawanan; seperti panas dengan panas yang kurang atau bertambah daripada hadnya (batasnya).

22. Empat perkara yang baik kepada manusia. Pertama, kata. Kedua, harta.

Ketiga, jimak. Keempat< makan dan tidur.

23. Empat perkara yang terpuji bagi segala manusia. Pertama, fi’il yang baik.

Kedua, kata-kata dengan adab. Ketiga, tawaduk, yakni merendahkan diri. Keempat, murah hatinya.

24. Empat perkara dihinakan oleh manusia. Pertama, kurang bicara. Kedua,

banyak seterus. Ketiga, menghinakan hikmat. Keempat, menurut pandai kira-kira orang yang ahmak (bebal). Maka jadilah binasa pekerjaan manusia itu.

25. Empat perkara yang sangat jahat. Pertama, kabir akan orang yang berpunya.

Kedua, orang tiada peduli akan segala handai tolannya. Ketiga, perkataannya dusta daripada segala hukumannya. Keempat, orang yang kurang malunya, dan jika perempuan peri yang demikian itu, terlebih lagi keji adanya.

26. Empat perkara yang ada segala pekerjaan tergantung padanya. Pertama,

berniaga. Kedua, bercocok tanam. Ketiga, amarah. Keempat, pengetahuan.

27. Empat perkara yang menambahi kuat pada tubuh manusia. Pertama, makan

daging. Kedua, memakai pakaian yang halus. Ketiga, memakai bau-bauan yang harum-harum. Keempat, mandi dalam tiga kali sehari.

28. Empat perkara yang menda’ifkan tubuh manusia. Pertama, jimak banyak.

Kedua, percintaan atau kesal banyak dalam hatinya. Ketiga, dibiasakan minum air terdahulu daripada makan nasi atau roti atau barang sebagainya. Keempat, memakan asam banyak.

29. Empat perkara yang mengurangkan cahaya mata. Pertama, memandikan

mayat. Kedua, memandang paras perempuan. Ketiga, memandang pihak sebelah maghrib dan kiblat. Keempat, terlalu sangat memandang ke masyrik (timur) pada ketika ke sungai, kadha hajat seni atau besar pada ketika jimak atau pada ketika mandi tidak berkain basahan.

30. Empat perkara yang menambahi cahaya mata. Pertama, duduk pada barang

tempat menghadap kiblat. Kedua, hendaklah pada tiap-tiap malam berjaga. Ketiga, memandang pada air yang mengalir. Keempat, memandang pada tumbuh-tumbuhan kayu yang hijau daunnya.

Perkataan Lukmanul Hakim

Empat perkara isi neraka: Pertama, segala raja-raja yang mengambil hak rakyatnya tiada dengan sebenarnya dan menghukumkan dengan segala gagahnya atas segala rakyatnya. Kedua, raja yang alpakan negerinya dan rakyatnya dan tiada memeliharakan rakyatnya. Ketiga, orang yang berbuat fitnah sana sini pada sesama manusia. Keempat, orang yang tiada ingat akan dirinya dan alpakan mautnya, yakni melupakan matinya dan tobatnya.

15 September, 2008

Syair-Syair Rumi

Karya utama Jalaluddin Rumi, yang secara umum dianggap sebagai salah satu buku luar biasa di dunia, adalah Matsnawi-i-Ma'anawi (Couplets of Inner Meaning). Percakapan informalnya (Fihi ma Fihi), surat-surat (Maktubat), Diwan dan hagiografi Manaqib al-Arifin, semuanya mengandung bagian-bagian penting dari ajaran-ajarannya.

Pilihan-pilihan berikut ini, diambil dari semua sumber tersebut, bertema meditasi yang dapat diambil sebagai aforisme dan deklarasi dogma, atau sepotong nasihat guru. Penggunaan kata-kata Sufistik mereka, berlangsung terus. Ar-Rumi, seperti penulis Sufi lain, menanamkan ajarannya dalam sebuah kerangka yang secara efektif menjabarkan makna batiniah sebagaimana sebuah pertunjukan atau pameran. Teknik ini bermanfaat melindungi mereka yang tidak mampu menggunakan materi pada level eksperimen yang lebih tinggi; membiarkan mereka yang menginginkan puisi, untuk memilih puisi; memberi hiburan kepada orang-orang yang menginginkan cerita; mendorong kaum intelektual yang menghargai pengalaman-pengalaman tersebut.

Salah satu pernyataan kalimat-kalimatnya yang terkenal adalah judul dari pembicaraan-ringannya: "Yang ada di dalam ada di dalam" ("Engkau mengeluarkan apa yang ada di dalam untuk dirimu").

Ar-Rumi memiliki kegelisahan Sufistik yang luar biasa dalam kesusastraan dan puisi, melebihi pujangga di zamannya, dan terus menerus menegaskan bahwa pencapaian tersebut adalah sebagian kecil dibandingkan dengan kesufian
.
SEBERAPA JAUH ENGKAU DATANG!

Sesungguhnya, engkau adalah tanah liat. Dari bentukan mineral, kau menjadi sayur-sayuran. Dari sayuran, kau menjadi binatang, dan dari binatang ke manusia. Selama periode ini, manusia tidak tahu ke mana ia telah pergi, tetapi ia telah ditentukan menempuh perjalanan panjang. Dan engkau harus pergi melintasi ratusan dunia yang berbeda.
JALAN

Jalan sudah ditandai.
Jika menyimpang darinya, kau akan binasa.
Jika mencoba mengganggu tanda-tanda jalan tersebut,
kau melakukan perbuatan setan.

EMPAT LAKI-LAKI DAN PENERJEMAH


Empat orang diberi sekeping uang.

Pertama adalah orang Persia, ia berkata, "Aku akan membeli anggur."

Kedua adalah orang Arab, ia berkata, "Tidak, karena aku ingin inab."

Ketiga adalah orang Turki, ia berkata, "Aku tidak ingin inab, aku ingin uzum."

Keempat adalah orang Yunani, ia berkata, "Aku ingin stafil."

Karena mereka tidak tahu arti nama-nama tersebut, mereka mulai bertengkar. Mereka memang sudah mendapat informasi, tetapi tanpa pengetahuan.

Orang bijak yang memperhatikan mereka berkata, "Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan kalian, hanya dengan sekeping uang yang sama. Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping uang kalian akan menjadi empat; dan keempatnya akan menjadi satu."

Mereka pun tahu bahwa sebenarnya keempatnya dalam bahasa masing-masing, menginginkan benda yang sama, buah anggur.

AKU ADALAH KEHIDUPAN KEKASIHKU


Apa yang dapat aku lakukan, wahai ummat Muslim?
Aku tidak mengetahui diriku sendiri.
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,
bukan Majusi, bukan Islam.
Bukan dari Timur, maupun Barat.
Bukan dari darat, maupun laut.
Bukan dari Sumber Alam,
bukan dari surga yang berputar,
Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;
Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;
Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;
Bukan dari dunia kini atau akan datang:
surga atau neraka;
Bukan dari Adam, Hawa,
taman Surgawi atau Firdaus;
Tempatku tidak bertempat,
jejakku tidak berjejak.
Baik raga maupun jiwaku: semuanya
adalah kehidupan Kekasihku ...

BURUNG HANTU DAN ELANG RAJA

Seekor elang kerajaan hinggap di dinding reruntuhan yang dihuni burung hantu. Burung-burung hantu menakutkannya, si elang berkata, "Bagi kalian tempat ini mungkin tampak makmur, tetapi tempatku ada di pergelangan tangan raja." Beberapa burung hantu berteriak kepada temannya, "Jangan percaya kepadanya! Ia menggunakan tipu muslihat untuk mencuri rumah kita."
DIMENSI LAIN

Dunia tersembunyi memiliki awan dan hujan,
tetapi dalam jenis yang berbeda.
Langit dan cahaya mataharinya, juga berbeda.
Ini tampak nyata,
hanya untuk orang yang berbudi halus --
mereka yang tidak tertipu oleh kesempurnaan dunia yang semu.

MANFAAT PENGALAMAN

Kebenaran yang agung ada pada kita
Panas dan dingin, duka cita dan penderitaan,
Ketakutan dan kelemahan dari kekayaan dan raga
Bersama, supaya kepingan kita yang paling dalam
Menjadi nyata.

KESADARAN

Manusia mungkin berada dalam keadaan gembira, dan manusia lainnya berusaha untuk menyadarkan. Itu memang usaha yang baik. Namun keadaan ini mungkin buruk baginya, dan kesadaran mungkin baik baginya. Membangunkan orang yang tidur, baik atau buruk tergantung siapa yang melakukannya. Jika si pembangun adalah orang yang memiliki pencapaian tinggi, maka akan meningkatkan keadaan orang lain. Jika tidak, maka akan memburukkan kesadaran orang lain.

DIA TIDAK DI TEMPAT LAIN


Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji.
Dia tidak di Salib.
Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno.
Tidak ada tanda apa pun di dalamnya.
Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah,
dan ke Kandahar Aku memandang.
Dia tidak di dataran tinggi
maupun dataran rendah. Dengan tegas,
aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan).
Di sana cuma ada tempat tinggal
(legenda) burung Anqa.
Aku pergi ke Ka'bah di Mekkah.
Dia tidak ada di sana.
Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filosuf
Dia ada di luar jangkauan Avicenna ...
Aku melihat ke dalam hatiku sendiri.
Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya.
Dia tidak di tempat lain.

MEREKA YANG TAHU, TIDAK DAPAT BICARA


Kapan pun Rahasia Pemahaman diajarkan kepada semua orang
Bibir-Nya dijahit melawan pembicaraan tentang Kesadaran.

JOHA DAN KEMATIAN


Seorang anak laki-laki menangis dan berteriak di belakang jenazah ayahnya, ia berkata, "Ayah! Mereka membawamu ke tempat di mana tidak ada pelindung lantai. Di sana tidak ada cahaya, tidak ada makanan; tidak ada pintu maupun bantuan tetangga..."

Joha, diperingatkan karena penjelasan tampaknya mencukupi, berteriak kepada ayahnya sendiri:

"Orangtua yang dihormati oleh Allah, mereka diambil ke rumah kami!"
KECERDASAN DAN PEMAHAMAN SEJATI

Kecerdasan adalah bayangan dari Kebenaran obyektif
Bagaimana bayangan dapat bersaing dengan cahaya matahari?

REALITAS SEJATI

Di sini, tidak ada bukti akademis di dunia;
Karena tersembunyi, dan tersembunyi, dan tersembunyi.

JIWA MANUSIA

Pergilah lebih tinggi -- Lihatlah Jiwa Manusia!

PELEPASAN MENIMBULKAN PEMAHAMAN


Wahai Hati! Sampai dalam penjara muslihat,
kau dapat melihat perbedaan antara Ini dan Itu,
Karena pelepasan seketika dari Sumber Tirani;
bertahan di luar

KAU DAN AKU


Nikmati waktu selagi kita duduk di punjung, Kau dan Aku;
Dalam dua bentuk dan dua wajah -- dengan satu jiwa,
Kau dan Aku.
Warna-warni taman dan nyanyian burung memberi obat keabadian
Seketika kita menuju ke kebun buah-buahan, Kau dan Aku.
Bintang-bintang Surga keluar memandang kita --
Kita akan menunjukkan Bulan pada mereka, Kau dan Aku.
Kau dan Aku, dengan tiada 'Kau' atau 'Aku',
akan menjadi satu melalui rasa kita;
Bahagia, aman dari omong-kosong, Kau dan Aku.
Burung nuri yang ceria dari surga akan iri pada kita --
Ketika kita akan tertawa sedemikian rupa; Kau dan Aku.
Ini aneh, bahwa Kau dan Aku, di sudut sini ...
Keduanya dalam satu nafas di Iraq, dan di Khurasan --
Kau dan Aku.

DUA ALANG-ALANG


Dua alang-alang minum dari satu sungai.
Satunya palsu, lainnya tebu.

AKAN JADI APA DIRIKU?

Aku terus dan terus tumbuh seperti rumput;
Aku telah alami tujuhratus dan tujuhpuluh bentuk.
Aku mati dari mineral dan menjadi sayur-sayuran;
Dan dari sayuran Aku mati dan menjadi binatang.
Aku mati dari kebinatangan menjadi manusia.
Maka mengapa takut hilang melalui kematian?
Kelak aku akan mati
Membawa sayap dan bulu seperti malaikat:
Kemudian melambung lebih tinggi dari malaikat --
Apa yang tidak dapat kau bayangkan.
Aku akan menjadi itu.

RASUL

Rasul adalah mabuk tanpa anggur:
Rasul adalah kenyang tanpa makanan.
Rasul adalah terpesona, takjub:
Rasul adalah tidak makan maupun tidur
Rasul adalah raja di balik jubah kasar:
Rasul adalah harta benda dalam reruntuhan.
Rasul adalah bukan dari angin dan bumi:
Rasul adalah bukan dari api dan air.
Rasul adalah laut tanpa pantai:
Rasul adalah hujan mutiara tanpa menalang.
Rasul adalah memiliki ratusan bulan dan langit:
Rasul adalah memiliki ratusan cahaya matahari.
Rasul adalah bijaksana melalui Kebenaran:
Rasul adalah bukan sarjana karena buku.
Rasul adalah melebihi keyakinan dan kesangsian:
Karena Rasul apakah ada 'dosa' atau 'kebaikan'?
Rasul berangkat dari Ketiadaan:
Rasul telah tiba, benar-benar berangkat.
Rasul adalah, Tersembunyi, Wahai Syamsuddin!
Carilah, dan temukan - Rasul!

KEBENARAN

Nabi bersabda bahwa Kebenaran telah dinyatakan:
"Aku tidak tersembunyi, tinggi atau rendah
Tidak di bumi, langit atau singgasana.
Ini kepastian, wahai kekasih:
Aku tersembunyi di kaibu orang yang beriman.
Jika kau mencari aku, carilah di kalbu-kalbu ini."

ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan akan Kebenaran lenyap dalam pengetahuan Sufi. Kapan manusia akan memahami ucapan ini?

DEBU DI ATAS CERMIN

Hidup/jiwa seperti cermin bening; tubuh adalah debu di atasnya. Kecantikan kita tidak terasa, karena kita berada di bawah debu.

TINDAKAN DAN KATA-KATA

Aku memberi orang-orang
apa yang mereka inginkan.
Aku membawakan sajak karena mereka
menyukainya sebagai hiburan.
Di negaraku, orang tidak menyukai puisi.
Sudah lama aku mencari orang yang
menginginkan tindakan, tetapi
mereka semua ingin kata-kata.
Aku siap menunjukkan tindakan pada kalian;
tetapi tidak seorang pun akan menyikapinya.
Maka aku hadirkan padamu -- kata-kata.
Ketidakpedulian yang bodoh
akhirnya membahayakan,
Bagaimanapun hatinya satu denganmu.

KERJA

Kerja bukan seperti yang dipikirkan orang.
Bukan sekadar sesuatu yang
jika sedang berlangsung, kau
dapat melihatnya dari luar.
Seberapa lama kita, di Bumi-dunia,
seperti anak-anak
Memenuhi lintasan kita dengan debu dan batu dan serpihan-serpihan?
Mari kita tinggalkan dunia
dan terbang ke surga,
Mari kita tinggalkan kekanak-kanakan
dan menuju ke kelompok Manusia.

RUMAH

Jika sepuluh orang ingin memasuki sebuah rumah, dan hanya sembilan yang menemukan jalan masuk, yang kesepuluh mestinya tidak mengatakan, "Ini sudah takdir Tuhan."

Ia seharusnya mencari tahu apa kekurangannya.

BURUNG HANTU

Hanya burung bersuara merdu yang dikurung.
Burung hantu tidak dimasukkan sangkar

UPAYA

Ikat dua burung bersama.
Mereka tidak akan dapat terbang,
kendati mereka tahu memiliki empat sayap.

PENCARIAN

Carilah mutiara, saudaraku, di dalam tempurung;
Dan carilah keahlian diantara manusia di dunia.

TUGAS INI

Kau mempunyai tugas untuk dijalankan. Lakukan yang lainnya, lakukan sejumlah kegiatan, isilah waktumu secara penuh, dan jika kau tidak menjalankan tugas ini, seluruh waktumu akan sia-sia.

KOMUNITAS CINTA

Komunitas Cinta tersembunyi diantara orang banyak;
Seperti orang baik dikelilingi orang jahat.

SEBUAH BUKU

Tujuan sebuah buku mungkin sebagai petunjuk. Namun kau dapat juga menggunakannya sebagai bantal; Kendati sasarannya adalah memberi pengetahuan, petunjuk, keuntungan.

TULISAN DI BATU NISAN JALALUDDIN AR-RUMI

Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia

Syair-Syair Ibnu Al Farabi

KEBENARAN

Ia telah membingungkan semua orang yang belajar Islam,
Setiap orang yang mempelajari Mazmur,
Setiap Rabbi Yahudi,
Setiap pendeta Kristen.

CINTA YANG LEBIH TINGGI

Pecinta awam memuja gejala kedua.
Aku mencintai Yang Sejati.

CINTA YANG KHUSUS

Ketika bulan penuh muncul pada malam hari, menampakkan wajahnya di tengah rambut.
Dari penderitaan muncul gambaran dirinya; tangis air mata di pipi; seperti bunga bakung hitam menumpahkan air mata di atas mawar
Kecantikan hanyalah kesunyian: sifatnya lah yang berlimpah.
Bahkan memikirkan bahaya kehalusannya (kendati terlalu kasar merasakan dirinya). Jika demikian, Bagaimana bisa ia terlihat dengan benar oleh alat tubuh yang janggal seperti mata?
Keajaibannya tak tertangkap nalar. Ia melampaui aneka penglihatan.
Ketika penjelasan mencoba menjabarkan dirinya, ia menguasainya.
Kapan pun berupaya, penjelasan menjadi terusir Karena hal itu seperti mencoba untuk membatasi.
Jika seseorang mencari cita-citanya yang lebih rendah (untuk merasakan cinta seperti pada umumnya), selalu ada orang lain yang tidak akan melakukannya.

PENCAPAIAN SEORANG GURU

Orang berpikir bahwa seorang Syeikh mestinya menunjukkan keajaiban-keajaiban dan menunjukkan pencerahan. Syarat seorang guru, betapapun, hanyalah bahwa ia harus memiliki semua yang dibutuhkan murid.
WAJAH AGAMA

Sekarang aku disebut rusa di padang pasir,
Sekarang seorang pendeta Kristen,
Sekarang seorang Zoroaster
Kekasih ada Tiga, tetapi Satu:
Yakni tiga dalam kenyataannya satu.

HATIKU DAPAT MENERIMA SEGALA RUPA

Hatiku dapat menerima segala rupa. Hati berubah-ubah sesuai kesadaran yang paling dalam. Bisa jadi berbentuk seperti rusa padang rumput, biara para rahib, patung pemujaan, pengunjung (peziarah) Ka'bah, Lembaran Taurat untuk ilmu pengetahuan tertentu, lembaran-lembaran al-Qur'an.

Tugasku adalah hutang terhadap Cinta. Dengan bebas dan sukarela aku menerima apa pun yang terlarang untukku. Cinta seperti cinta seorang kekasih, kecuali sebagai pengganti mencintai gejala, aku mencintai yang Hakiki. Agama, kewajiban, adalah milik dan keyakinanku. Tujuan cinta manusia adalah menunjukkan yang terakhir, cinta sejati. Inilah cinta yang sadar.

Lainnya adalah jenis yang membuat manusia tidak menyadari dirinya sendiri.

BELAJAR DENGAN ANALOGI


Ada alasan bahwa Ibnu al-Arabi menolak berbicara dalam bahasa filosofis dengan setiap orang, bodoh maupun terpelajar. Dan tampaknya orang-orang beruntung tetap berteman dengannya. Ia mengajak bepergian, memberi mereka makan, menghibur mereka dengan bercerita ratusan pokok pembicaraan.

Seseorang bertanya kepadanya, "Bagaimana Anda mengajar apabila Anda tampaknya tidak pernah memberi pengajaran?"

Ibnu al-Arabi menjawab, "Dengan kias." Dan ia menceritakan perumpamaan ini.

Suatu ketika ada seorang laki-laki memendam uangnya di bawah beberapa pohon demi keamanan. Ketika ia datang kembali, uangnya hilang. Seseorang telah membongkar akar dan membawa emasnya.

Ia kemudian menemui orang bijak dan menceritakan masalahnya.

"Saya yakin tidak ada harapan lagi menemukan kembali harta itu." Orang bijak tersebut menyarankan agar ia kembali lagi setelah beberapa hari. Sementara itu, si orang bijak memanggil semua tabib yang ada di kota, dan bertanya kepada mereka, apakah pernah memberi resep obat akar-akaran kepada seseorang. Salah seorang mengaku telah memberikannya kepada seorang pasien. Maka dipanggillah pasien tersebut, dan ternyata ia adalah pemilik uang itu sendiri. Ia mengambil barang tersebut dan mengembalikannya kepada pemilik sebenarnya.

"Dengan cara yang sama," ujar Ibnu al-Arabi, "Kutemukan apa keinginan murid yang sesungguhnya, dan bagaimana ia dapat belajar. Dan kuajarkan."

ORANG YANG MENGETAHUI

Seorang Sufi yang mengetahui Kebenaran Abadi, bertindak dan berbicara dengan mempertimbangkan pemahaman, keterbatasan dan prasangka dominan yang tersembunyi pada pendengarnya. Bagi Sufi, beribadat berarti pengetahuan. Melalui pengetahuan ia memperoleh penglihatan.

Sufi meninggalkan tiga 'aku'. Ia tidak mengatakan 'untukku', 'denganku' atau 'milikku'. Ia tidak boleh menghubungkan segala sesuatu dengan dirinya. Sesuatu yang tersembunyi dalam tempurung tak berguna. Kita sekadar mencari sasaran yang kurang layak, dengan tidak memperhatikan nilai tak terbatas yang sangat berharga.

Makna kemampuan menafsir adalah, bahwa seseorang dapat dengan mudah membaca sesuatu yang dikatakan oleh orang bijak dalam dua cara yang amat berlainan.

MENYIMPANG DARI JALAN BENAR

Siapa pun yang menyimpang dari peraturan Sufi, tidak akan memperoleh sesuatu yang bermanfaat; kendati ia mempunyai nama baik di mata masyarakat yang menggema (hingga) ke firdaus.