30 Januari, 2008

Ilmu Ikhlas itu apa?

di daerah Bantul ada sepasang kakek & nenek yang sedang diwawancara,ketika gempa jogja terjadi...
(wawancara sudah di bhs Indonesia-kan)
...
R: Kek, Apakah bantuan dari pemerintah sudah sampai kesini?
K: Belum.
R: Trus ga minta?
K: Ga. Kalo mo dikasih ya Maturnuwun, Kalo enggak ya ga papa...
R: Trus ntar untuk makan gimana?
K: Ntar juga Gusti Allah pasti kasih jalan tuk makan.
R: Trus, ntar tidur dimana?
K: Di kandang sapi...lha wong yang sisa ya cuma itu mas.
R: Ga takut bencana susulan?
K: Kenapa musti takut, mau lari kemanapun kalo Gusti Allah dah berkehendak.
Kita mau apa?
...
Sebuah sikap- prinsip hidup Orang Jawa yang sudah jarang sekali aku temui.
Seharusnya kita semua sadar bahwa bencana ini hanyalah sebuah ujian bagi kita semua agar kita selalu Iklas & Nrimo Ing Pandum.

25 Januari, 2008

Cokro Manggilingan

Cokro Manggilingan” sebuah filsafat Jawa yang sangat dalam maknanya. untuk mencapai ketentraman lahir dan batin. Secara fisik, Cokro (cakra) itu merupakan sebentuk lempengan bulat bergerigi dan tajam seperti ujung pada panah para Pandhawa atau juga kelengkapan senjata tokoh wayang raja Darawati “Sri Bathara Kresna”. Sementara Manggilingan itu sendiri bermakna berputar atau perputaran. Cokro Manggilingan ini menganalisa siklus hidup manusia, perputaran masa, serta peralihan nasib manusia yang sangat sulit diprediksi.

Hidup ini laksana Cokro yang berputar. Ia akan terus berputar dan hanya akan terhenti apabila ada kehendak dari Tuhan Sang Pencipta. Terkadang kita akan berada di bawah sehingga harus bersabar dan tawakal. Tapi percayalah, pada saat yang tepat dengan usaha dan doa, bisa naik ke tengah atau samping. Perputaran waktu dan nasib juga memungkinkan orang yang berada di tengah dapat naik ke puncak. Akan tetapi, waspadalah bila sudah di puncak, manusia setelah mendapat “lebih” sering kali lupa diri, “aku” nya makin tinggi. Jangan sekali-kali merasa kuasa hingga lupa diri dan takabur. Itu sebabnya para pinisepuh yang bijak menambahkan nasehat: aja sok adigang-adigung-adiguna. Singkatnya: jangan sok, mentang- mentang berkuasa lalu berbuat semaunya, lebih-lebih mematikan rasa. Bila rasa dinihilkan, muncul sikap sok berkuasa, dan akhirnya lahir tingkah laku yang tidak terkontrol (pethakilan). Kalau sudah sampai taraf pethakilan, tinggal tunggu waktu kapan dirinya terjerembab oleh tingkahnya sendiri.

Sama dengan air sebagai bagian dari unsur makrokosmos, ia akan selalu mengalir dan berputar. Lalu turun lagi ke bumi, mengalir kembali ke laut. Tidak mudah bagi air untuk mengalir ke laut. Bisa saja mengalir pelan bahkan dibendung dalam jangka waktu yang lama. Air juga dikonsumsi oleh manusia dalam sebuah rotasi organis yang alamiah. Air adalah symbol kehidupan dan salah satu lambang dari Cokro Manggilingan.

Patih Gajah Mada

"Biarlah orang mengenangku hanya sebagai Gajah Mada yang tanpa asal-usul, tak diketahui siapa orang tuanya, tak diketahui di mana kuburnya, dan tak diketahui anak turunnya. Biarlah Gajah Mada hilang lenyap, moksa tidak diketahui jejak telapak kakinya, murca berubah bentuk menjadi udara"

Sejak tragedi Perang Bubat, Majapahit mengalami kekacauan, terancam disintegrasi antara pihak yang berkubu kepada Gajah Mada dengan yang membenci karena Gajah Mada dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab karena membiarkan pembunuhan itu terjadi. Prabu Hayam Wuruk terluka karena cintanya yang sedang mekar tiba-tiba dihadapkan pada maut. Keluarga Raja Majapahit terluka karena akar sejarahnya yang begitu dekat dengan Sunda Galuh mendadak dipangkas dengan paksa. Sunda Galuh adalah pihak yang paling terluka, bukan saja karena harga diri yang dilecehkan tanpa ampun, melainkan juga karena semangat perdamaian, harapan, dan kepercayaan mereka terhadap Majapahit dinodai hingga titik paling hitam.

Macan Liwung sebagai senior Bhayangkara mendapat titah untuk membereskan keadaan. Panca Prabu, sebuah dewan pertimbangan saat itu, memutuskan Gajah Mada dicopot dari jabatannya, dan pembacaan keputusan tersebut diserahkan kepada Kuda Swabaya, anaknya Pradhabasu yang sudah lama undur diri dari keprajuritan Bhayangkara. Selain itu Kuda Swabaya naik jabatan menjadi senopati yang membuat pertanyaan besar bagi banyak pihak.

Gajah Mada pun harus menerima hukumannya. la dihempaskan dari dhamparkepatihan dan harus melewati hari tua di Madakaripura, sebuah tempat terpencil dan jauh dari segala ingar-bingar urusan duniawi.

Prabu Hayam Wuruk kemudian mengirim utusan ke Kawali untuk meminta maaf, diwakili oleh dua utusan yang tepat, yaitu Dang Acarya Nadendra (nama samaran Empu Prapanca dalam kitab Negarakretagama) dan Dang Acarya Smaranatha sebagai pemuka agama. Hyang Bunisora langsung mengambil alih kerajaan Galuh saat menerima utusan Majapahit, karena Niskala Wastukancana masih remaja dikhawatirkan belum saatnya memegang pimpinan kerajaan di Kawali tersebut. Duka cita kepada Linggabuana, Rara Linsing dan Dyah Pitaloka menyelimuti negeri. Linggabuana pun menjadi sosok bagi rakyatnya, sehingga disebut Siliwangi.

Gajah Mada yang melakukan perjalanan ke timur menemukan kondisi awal runtuhnya kesatuan Nusantara yang ia bangun. Herannya ia mendengar kata Islam, juga menemukan kesatuan prajurit yang jauh dari kotaraja mulai menjadi maling bagi rakyatnya. Mendekati tempat tujuannya Gajah Mada menemukan lagi perpecahan antar dua wilayah kabuyutan, namun bisa diredakan meski sudah tak menjabat mahapatih lagi. Bahkan dua wilayah yang bentrok tersebut akhirnya ikut membangun tempat yang menjadi pilihan Gajah Mada menyendiri menjadi rakyat biasa.

Begitulah yang bakal terus terjadi. Gajah Mada dengan segala romantika dan gegap gempitanya usai sudah. Drama Majapahit adalah cermin yang merefleksikan betapa tidak ada manusia yang sempurna, seorang Gajah Mada sekalipun, bahwa hidup tidak berhenti pada satu titik, bahwa ambisi harus dikendalikan, dan bahwa kerendahan hati mesti dimiliki.

Sumber : "Gajah Mada, Madakaripura Hamukti Moksa" Karya Langit Kresna Hariadi

Dyah Pitaloka..(Senja di langit Majapahit)

Cerita roman sejarah yang menyajikan banyak kisah dari kegelisahan dan jeritan hati sang putri Kadaton Surawisesa atau kerajaan Sunda Galuh yang bernama Dyah Pitaloka Ratna Citraresmi, 18 tahun. “…Di negeri ini, perempuan hanyalah sosok tanpa nama…” desahnya. Sendirian di buritan kapal, berdiri dalam latar bidang langit yang makin temaram, dengan tangan bertumpu pada pagar perahu, dia membentuk siluet tubuh ramping yang sekilas mirip Subadra muda.

Di arah timur itu, Dyah Pitaloka sedang menjemput takdir yang telah digariskan Sang Prabu Maharaja Linggabuana, ayahnya, kendati baginya belum pasti apakah esok hari matahari itu akan utuh atau terbelah. Ah, bagi dunia, siapa yang tak akan menempatkan Dyah Pitaloka sebagai putri yang paling beruntung? Dia akan menjadi bunga di Negeri Wilwatikta yang tak tertandingi kejayaannya.

Perang bubat yang melibatkan antara kerajaan besar Wilwatikta atau Majapahit, penguasa Nusantara bahkan hingga ke negeri seberang, dengan kerajaan Sunda dengan kaca pandang sisi kewanitaan seorang Dyah Pitaloka. Banyak cita-cita atau keinginan yang akan dilakukan terhadap kaumnya agar tidak terlalu jauh tertinggal dengan kaum lelakinya, rasa cinta di hati yang harus disisihkan demi kebahagiaan keluarganya, kerajaannya, dan rakyatnya.

Pengorbanan Dyah Pitaloka, cinta sejati Prabu Hayam Wuruk, dan keinginan saling merapatkan tali kekeluargaan kembali antara ke dua kerajaan yang para leluhurnya dulu sesungguhnya masih bersambung darah itu harus berbenturan dengan ambisi Sang Maha Patih Kerajaan Wilwatikta, yaitu Patih Gajah Mada. Dengan sumpah Palapa-nya yang terkenal membuat hampir seluruh Nusantara takluk dibawah kekuasaan Majapahit. Hanya ada satu negeri yang hingga saat itu masih merdeka dari pengaruh Majapahit, yaitu Negeri Sunda! Negeri Sunda inilah yang membuat sumpah Palapa Gajah Mada belum juga tergenapi.

Raja Hayam Wuruk yang saat itu hendak mencari seorang istri mengutus para juru lukisnya ke segenap penjuru nusantara untuk melukis putri-putri dari berbagai kerajaan yang kelak akan dipilihnya untuk menjadi permaisuri. Kecantikan Dyah Pitaloka di Negeri Sunda tak luput dari incaran juru lukis Majapahit. Mulanya Dyah Pitaloka tak berkenan dengan cara yang dilakukan oleh Prabu Hayam Wuruk untuk mencari permaisuri, harga dirinya sebagai seorang putri negeri Sunda terasa terlecehkan, namun ia tak kuasa melawan kehendak ayahnya, Prabu Linggabuana yang menyetujui lamaran Prabu Hayam Wuruk.

Sedemikian besar jasa yang telah ditanamkan Gajah Mada kepada negeranya, sehingga Prabu Hayam Wuruk sendiri tidak bisa menolak disaat Sang Maha Patih memperlakukan prosesi perkawinannya dari sudut pandangnya, politis. Pernikahan Dyah Pitaloka dengan Prabu Hayam Wuruk dilihatnya sebagai kesempatan untuk menggenapan Sumpah Palapa-nya. Dengan cerdiknya Gajah Mada mempengaruhi Prabu Hayam Wuruk agar memandang pernikahannya dengan Dyah Pitaloka sebagai suatu pengakuan kedaulatan negeri Sunda terhadap Majapahit. Dengan demikian Dyah Pitaloka dianggap sebagai "upeti" dari Negeri Sunda.

Prabu Hayam Wuruk yang rencananya akan menjemput Dyah Pitaloka dan rombongannya di Tegal Bubat akhirnya gagal. Gajah Mada merubah rencana yang telah terususun rapih. Rombongan Prabu Linggabuana dan Dyah Pitaloka yang telah tiba di Tegal Bubat heran karena Prabu Hayam Wuruk dan rombongan yang akan menjemputnya tak kunjung tiba. Dua ksatria dari Negeri Sunda diutus untuk memasuki Majapahit, mereka bertemu dengan Gajah Mada yang memerintahkan agar Prabu Linggabuana dan rombogannya datang sendiri ke istana Majapahit untuk menyerahkan Dyah Pitaloka sebagai "upeti" dari Negeri Sunda. Hal ini membuat Prabu Linggabuana dan seluruh rombongannya tersinggung. Harga diri dan kebesaran Negeri Sunda terasa tercabik-cabik, Prabu Linggabuna menolak perintah Gajah Mada. Perang tak terhindarkan! Pertarungan yang tak seimbang antara harga diri Prabu Linggabuna dan ambisi Gajah Mada berkembang menjadi perang yang dashyat dan melagenda, dua kekuatan tak mau menyerah begitu saja. Dyah Pitaloka yang masih menggunakan pakaian pengantinnya ikut bertarung mempertahankan negeri dan harga dirinya sebagai seorang putri Sunda. Sejarah mencatar Perang ini sebagai Perang Bubat (1357). Dan Dyah Pitaloka pun bunuh diri sebagai ungkapan harga dirinya. Demikianlah, kisah romantis ini harus berakhir tragis

Sumber : Novel "Dyah Pitaloka, Senja di Langit Majapahit" Oleh Hermawan Aksan

Tombo Ati (obat hati)

Tombo ati iku limo perkarane
kaping pisan moco Qur’an lan maknane
kaping pindho sholat wengi lakonono
kaping telu wong kang sholeh kumpulono
kaping papat kudu weteng ingkang luwe
kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
salah sawijine sopo biso ngelakoni
mugi-mugi Gusti Allah nyembadani


Khamsun hunna dawaul qaib (Ada lima hal yang bisa menjadi obat hati)

Qiraaatul quran ( Membaca Quran dan maknanya)

Wa qiyamul lail (dan melakukan sholat malam (tahajjud))

Wa majaalisatus shalihien (dan selalu berkumpul dengan orang yang baik )

Wa ikhlaaul baathin (dan menahan lapar (berpuasa))

Wa tadharruindas shabaah (dan berdzikir menjelang subuh)

“Tombo Ati” atau “Obat Hati”, sebuah syair sederhana tetapi sungguh berat maknanya. Bahkan hampir menjadi sebuah persoalan sulit untuk bisa diwujudkan dalam kehidupan kita di jaman ini.

Lir ilir...(Kanjeng Sunan Kalijaga)

Lir ilir lir ilir tandure wis sumilir,
Tak ijo royo-royo tak sengguh penganten anyar,
Bocah angon…bocah angon penekno blimbing kuwi,
Lunyu-lunyu peneken kanggo basuh dodotiro,
Dodotiro…dodotiro.. kumitir bedhah ing pinggir,
Dondomono jrumatono kanggo sebo mengko sore,
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane
Yo surako surak horee.


(Sayup-sayup bangun dari tidur, tanaman-tanaman sudah mulai bersemi, demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru Anak-anak penggembala, panjatkan pohon blimbing itu, walaupun licin tetap panjatlah untuk mencuci pakaian. Pakaian-pakaian yang koyak pinggirnya. Jahitlah benahilah untuk menghadap nanti sore. Selagi sedang terang rembulannya Selagi sedang banyak waktu luang. Mari bersorak-sorak horee.. )

Maksudnya kurang lebih demikian : Makin subur dan tersiarlah agama Islam yang disiarkan oleh para wali dan mubaligh. Hijau adalah warna dan lambang agama Islam. agama Islam begitu menarik dan kemunculannya yang baru diibaratkan bagaikan pengantin baru. Cah angon atau penggembala, diibaratkan dengan penguasa yang menggembalakan rakyat. Para penguasa itu disarankan untuk segera masuk agama Islam (disimbolkan dengan buah belimbing yang mempunyai bentuk segi lima sebagai lambang rukun Islam).Walaupun licin, susah, tetapi usahakanlah agar dapat masuk Islam demi mensucikan dodot (Dodot adalah jenis pakaian tradisional Jawa yang sering dipakai pembesar jaman dulu. Bagi orang Jawa, agama adalah ibarat pakaian, maka dodot dipakai sebagai lambang agama atau kepercayaan). Pakaianmu, (yaitu) agamamu sudah rusak, karena dicampur dengan kepercayaan animisme / klenik.. Agama yang sudah rusak itu jahitlah (perbaiki), sebagai bekal menghadap Tuhan. Selagi masih ada kesempatan bertobatlah. .Bergembiralah, semoga kalian mendapat anugerah dari Tuhan.

Hidayat Serat Jati

Nasehat ke-1 Adanya Dzat.

(Sesungguhnya tidak ada apa pun ketika masih sunyi hampa belum ada sesuatu, yang paling awal adanya adalah AKU, sesungguhnya yang Maha Suci meliputi sifatKU, menyertai namaKU, menandakan perbuatanKU).
Nasehat di atas menunjukkan kepada kita bahwa pada mulanya alam semesta ini tidak ada, semuanya masih sunyi hampa (awang-uwung), yang paling dahulu ada adalah AKU (Allah). Jadi tidak ada sesuatu pun yang mendahului adanya AKU (Allah), dalam ajaran agama Islam biasa disebut bahwa Allah bersifat Qidam (Dahulu tidak ada yang mendahului), dan AKU (Allah) adalah sumber dari segala sesuatu..

Nasehat ke-2 Tempat Dzat.

Sesungguhnya AKU (Allah) adalah dzat yang maha kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu, jadi seketika, sempurna berasal dari kuasaKU (Allah), di situ telah nyata tanda perbuatanKU yang sebagai pembuka kehendakKU, yang pertama AKU menciptakan Kayu bernama Sajaratulyakin tumbuh di dalam alam yang sejak jaman azali (dahulu) dan kekal adanya. Kemudian Cahya bernama Nur Muhammad, berikutnya Kaca bernama Mir’atulhayai, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, lalu Lentera (damar) bernama ‘Kandil’, lalu Permata (sesotya) bernama Darah, lalu dinding pembatas bernama Hijab. Itu sebagai tempat kekuasaanKU (Allah).
Nasehat di atas menunjukkan pada kita bahwa AKU (Allah) merupakan dzat yang maha kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu hanya dengan satu sabda saja yaitu KUN, maka seketika jadi (FA YAKUN), semua ciptaannya sempurna sebagai pertanda perbuatan (af’al)KU (Allah).
Pertama diciptakan adalah Pohon (kayu) bernama SajaratulYakin, mungkin yang dimaksudkan adalah sajaratulkaun (pohon kejadian) yang merupakan awal dan asal mula penciptaan.
Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad. Menurut beberapa ahli, nur muhammad ini merupakan bibit alam semesta. Nur Muhammad dimaksudkan adalah bukan sebagai cahaya dari muhammad, nabinya orang Islam, melainkan secara bahasa berarti cahaya yang terpuji, sehingga dikatakan semua ciptaan pasti berasal dari nur muhammad ini, mengandung nur muhammad. Hal itu pula yang mengisyaratkan adanya pemahaman bahwa dalam tingkatan tertentu kebenaran hanyalah satu, adanya ajaran-2 yang berbeda setelah mencapai tahap tertentu ternyata sama belaka, karena bersumber dari dari Cahaya yang terpuji, cahaya kebenaran, yaitu Nur Muhammad.
Ketiga Allah menciptakan Kaca bernama Miratulhayai (Cermin Kehidupan atau Cermin Malu), dimana ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa setelah diciptakannya Cermin ini, Nur Muhammad akhirnya dapat melihat wujudnya, yang mengakibatkan dirinya bergetar hebat dan berkeringat, dari tetesan keringat inilah makhluk hidup berasal.
Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi.
Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil.
Keenam diciptakan Permata diberi nama Darah
Ketujuh diciptakan dinding pembatas antara kehidupan fisik dan non fisik, antara yang kasar dan halus, yang disebut hijab. Hijab ini sendiri dalam keilmuan banyak jenisnya, (insya allah suatu saat akan saya bahas juga).

Nasehat ke-3 Keadaan Dzat

Sesungguhnya manusia itu rahsaKU dan AKU itu rahsanya manusia, karena AKU menciptakan Adam berasal dari empat perkara, bumi, api, angin, air. Itu sebagai perwujudan sifatKU, di sana AKU tempatkan lima perkara, nur, rahsa, roh, nafsu, budi. Itulah sebagai perwujudan wajahKU yang maha suci.
Nasehat ke-3 menerangkan bahwa manusia diciptakan sebagai ‘rahsa’ (bukan rasa, sebab antara rasa dan rahsa dalam keilmuan jawa berbeda) dari Allah, dan Allah itu sebagai ‘rahsa’ dari manusia. Yang dimaksud adalah bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambaranNya atau menurut citraNya, seperti pernah saya kemukakan bahwa pada tubuh manusia tertulis huruf ALLAH, yaitu : (terlihat saat mengangkat kedua tangan, seperti dalam takbiratul ihram, membaca allahu akbar)
alif sebagai garis dari ujung jari tangan kanan turun hingga ke ujung jari kaki kanan,
lam pertama dari ujung jari tangan kanan turun melalui bahu kanan dan naik ke puncak kepala,
lam kedua dari puncak kepala turun melalui bahu kiri dan naik hingga ujung jari tangan kiri,
ha sebagai garis dari ujung jari tangan kiri turun hingga ujung jari kaki kiri.
Dan manusia diciptakan berasal dari empat unsur yang merupakan gambaran sifatNya yaitu bumi, api, angin dan air.
Bumi dalam tubuh kita terwujud pada hal-2 yang bersifat kedagingan, dan dibagi menjadi dua hal yaitu yang merupakan unsur dari bapak berupa tulang, otot, kulit dan otak, dan unsur dari ibu berupa daging, darah, sungsum dan jerohan.
Api dalam tubuh menjadikan empat nafsu yaitu aluamah, amarah, supiyah dan mutmainah.
Aluamah berwatak suka terhadap makanan, sifatnya membangkitkan kekuatan badan
Amarah berwatak suka marah, emosi, sifatnya membangkitkan kekuatan kehendak (bhs jawa : karep)
Supiyah berwatak keinginan, keterpesonaan, keinginan memiliki, bersifat membangkitkan kekuatan pikir berupa akal
Mutmainah berwatak kesucian dan ketenangan, bersifat membangkitkan kekuatan untuk berpantang (bhs jawa : tarakbrata)
Angin dalam tubuh kita terwujud dalam empat hal yaitu napas, tannapas, anapas dan nupus.
Napas merupakan ikatan badan fisik, bertempat di hati suwedhi, yaitu jembatan hati, berpintu di lisan
Tannapas merupakan ikatan hati, bertempat di pusar, berpintu di hidung
Anapas merupakan ikatan roh, berpintu di telinga
Nupus merupakan ikatan rahsa, bertempat di hati puat yang putih yaitu jembatan jantung, berpintu di mata.
Air dalam tubuh menjadikan empat elemen roh yaitu roh hewani, roh nabati, roh rabbani dan roh nurrani.
Roh hewani, menumbuhkan kekuatan badan
Roh nabati menumbuhkan rambut, kuku, dan menghidupkan budi
Roh rabbani menumbuhkan rahsa (dzat hamba)
Roh nurrani menumbuhkan cahaya.
Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh manusia, kemudian Allah menempatkan pula lima hal yaitu dzat hamba (jawa : mudah) sebagai gambaran wajahNya yaitu nur, rahsa, roh, nafsu dan budi.
Nur, merupakan terangnya cahya, jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menerangi lahir batin
Rahsa, rasa jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menumbuhkan daya ketenteraman di lahir batin
Roh, penglihatan roh jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menjadikan penguasaan sempurna
Nafsu, kekuatan nafsu jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan kekuatan kehendak yang sentosa
Budi, penciptaan budi jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan daya cipta yang sentosa.
Oleh karena itulah beberapa orang mengatakan bahwa manusia mempunyai sifat-2 Tuhan dan juga mempunyai kesucian wajah Tuhan.

Nasehat ke-4 Pembukaan tahta dalam baitulmakmur

Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmakmur, itu rumah tempat pestaKU, berdiri di dalam kepala Adam. Yang pertama dalam kepala itu ‘dimak’ yaitu otak, yang ada di antara otak itu ‘manik’ di dalam ‘manik’ itu budi, di dalam budi itu nafsu, di dalam nafsu itu suksma, di dalam suksma itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU, tidak ada Tuhan selain hanya AKU, dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya.
Nasehat ini menyatakan bahwa Allah bertahta atau bersinggasana di dalam baitul makmur, yang berada di dalam kepala manusia. Barangkali kalau memakai bahasa orang-2 reiki yang dimaksud dengan baitul makmur adalah cakra mahkota yang ada di puncak kepala. Di dalam kepala manusia terdapat otak. Di antara otak itu sendiri terdapat lapisan-2 sebagai berikut :
Yang pertama ‘manik’
Di dalam manik terdapat budi
Dalam budi terdapat nafsu
Dalam nafsu terdapat suksma
Dalam suksma terdapat rahsa
Dalam rahsa terdapat AKU (Allah)
Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU (Allah), dzat yang meliputi segalanya.

Nasehat ke-5 Pembuka tahta dalam baitul mukarram

Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmukarram, itu rumah tempat laranganKU, berdiri di dalam dada adam. Yang ada di dalam dada itu hati, yang ada di antara hati itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu jinem, yaitu angan-2, dalam angan-2 itu suksma, dalam suksma itu rahsa, dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya.
Dalam nasehat ini Allah menyatakan bahwa diriNya bertahta di baitul muharram yang menjadi tempat larangan, berada di dalam dada manusia. Mungkin yang dimaksud adalah cakra jantung. Disebutkan bahwa di dalam dada manusia itu terdapat susunan sebagai berikut :
Pertama hati (kalbu)
Di antara hati terdapat jantung,
Di dalam jantung ada budi
Di dalam budi ada angan-2
Di dalam angan-2 ada suksma
Di dalam suksma ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU
Di atas dikatakan bahwa jantung terdapat di antara hati. Yang dimaksud dengan hati ini bukanlah lever atau hati secara fisik, melainkan hati secara maknawi, karena pada diri manusia ada terdapat lebih dari satu hati, yang menurut keilmuan ada yang namanya hati puat, hati suwedhi, dll.
Kembali di wejangan ke-5 ini ditegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya (kahanan jati). Mengapa itu perlu ditegaskan, karena untuk menghindari salah pengertian bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini, jangan sampai karena merasa bahwa AKU (Allah) bertahta di kepala dan di dala manusia, lalu manusia tersebut mengaku dirinya sebagai Tuhan, atau menjadi bagian dari Tuhan. Jika itu yang terjadi, maka manusia tsb telah jauh tersesat.

Nasehat ke-6 Pembuka tahta dalam baitulmuqaddas

Sesungguhnya AKU bertahta di dalam baitul muqaddas, itu rumah tempat kesucianKU, berdiri di penis/alat kelamin (konthol) adam. Yang ada di dalam penis itu buah pelir (pringsilan), di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam mani itu madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem, di dalam manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali AKU dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya, berdiri di dalam nukat gaib, turun menjadi johar awal, di situ keberadaan alam ahadiyat, wahdat, wahidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, jadinya manusia sempurna yaitu sejatinya sifatKU.
Nasehat ini menyatakan bahwa ALLAH bertahta di baitul muqaddas atau baitul maqdis yang merupakan tempat suciNYA yang berada di alat kelamin manusia yang tersusun atas hal-2 sebagai berikut :
Pertama pelir, yang berisi nutfah atau mani
Madi yang merupakan sari dari mani
Wadi sebagai sari dari madi
Manikem sebagai sari dari wadi
Di dalam manikem ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU.
Di sini disebutkan pula bahwa manusia sempurna adalah sebagai perwujudan sifatNYA dan terbentuk melalui tujuh tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal dengan istilah martabat pitu atau martabat tujuh yaitu
Pertama alam ahadiyah
Kedua wahdat
Ketiga wahidiyah
Keempat arwah
Kelima misal
Keenam ajsam
Ketujuh insan kamil (manusia sempurna).

Nasehat ke-7 Penetapan iman sentosa

AKU menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dan AKU menyaksikan sesungguhnya muhammad itu adalah utusanKU.
Dalam nasehat ini Allah menyatakan kesaksianNya yang ditujukan kepada makhluk ciptaanNya, bahwa tidak ada tuhan lain kecuali hanya Dia semata, dan muhammad adalah benar-benar rasul atau utusanNya.

Nasehat ke-8 Sahadat / kesaksian

AKU menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya muhammad itu utusanKU. Sesungguhnya yang bernama Allah itu badanKU, rasul itu rahsaKU, muhammad itu cahayaKU. AKUlah yang hidup tidak bisa mati, AKUlah yang ingat tidak bisa lupa, AKUlah yang kekal tidak bisa berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKUlah waskita, tidak ada tersamar pada sesuatu pun. AKUlah yang berkuasa berkehendak, yang kuasa bijaksana tidak kurang dalam tindakan, terang sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)KU.
Nasehat ini merupakan penutup yang berupa sahadat atau penyaksian. Nasehat pertama sampai dengan kedelapan merupakan satu rangkaian yang tidak boleh diputus, sebab jika terputus maka pemahamannya akan berkurang.

Serat Kalatida

1. Mangkya darajating praja
Kawuryan wus sunyaturi
Rurah pangrehing ukara
Karana tanpa palupi
Atilar silastuti
Sujana sarjana kelu
Kalulun kala tida
Tidhem tandhaning dumadi
Ardayengrat dene karoban rubeda

Keadaan negara waktu sekarang, sudah semakin merosot.
Situasi (keadaan tata negara) telah rusah, karena sudah tak ada yang dapat diikuti lagi.
Sudah banyak yang meninggalkan petuah-petuah/aturan-aturan lama.
Orang cerdik cendekiawan terbawa arus Kala Tidha (jaman yang penuh keragu-raguan).
Suasananya mencekam. Karena dunia penuh dengan kerepotan.


2. Ratune ratu utama
Patihe patih linuwih
Pra nayaka tyas raharja
Panekare becik-becik
Paranedene tan dadi
Paliyasing Kala Bendu
Mandar mangkin andadra
Rubeda angrebedi
Beda-beda ardaning wong saknegara

Sebenarnya rajanya termasuk raja yang baik,
Patihnya juga cerdik, semua anak buah hatinya baik, pemuka-pemuka masyarakat baik,
namun segalanya itu tidak menciptakan kebaikan.
Oleh karena daya jaman Kala Bendu.
Bahkan kerepotan-kerepotan makin menjadi-jadi.
Lain orang lain pikiran dan maksudnya.


3.Katetangi tangisira
Sira sang paramengkawi
Kawileting tyas duhkita
Katamen ing ren wirangi
Dening upaya sandi
Sumaruna angrawung
Mangimur manuhara
Met pamrih melik pakolih
Temah suka ing karsa tanpa wiweka

Waktu itulah perasaan sang Pujangga menangis, penuh kesedihan,
mendapatkan hinaan dan malu, akibat dari perbuatan seseorang.
Tampaknya orang tersebut memberi harapan menghibur
sehingga sang Pujangga karena gembira hatinya dan tidak waspada.


4.Dasar karoban pawarta
Bebaratun ujar lamis
Pinudya dadya pangarsa
Wekasan malah kawuri
Yan pinikir sayekti
Mundhak apa aneng ngayun
Andhedher kaluputan
Siniraman banyu lali
Lamun tuwuh dadi kekembanging beka

Persoalannya hanyalah karena kabar angin yang tiada menentu.
Akan ditempatkan sebagai pemuka tetapi akhirnya sama sekali tidak benar,
bahkan tidak mendapat perhatian sama sekali.
Sebenarnya kalah direnungkan, apa sih gunanya menjadi pemuka/pemimpin ?
Hanya akan membuat kesalahan-kesalahan saja.
Lebih-lebih bila ketambahan lupa diri, hasilnya tidak lain hanyalah kerepotan.


5. Ujaring panitisastra
Awewarah asung peling
Ing jaman keneng musibat
Wong ambeg jatmika kontit
Mengkono yen niteni
Pedah apa amituhu
Pawarta lolawara
Mundhuk angreranta ati
Angurbaya angiket cariteng kuna

Menurut buku Panitisastra (ahli sastra), sebenarnya sudah ada peringatan.
Didalam jaman yang penuh kerepotan dan kebatilan ini, orang yang berbudi tidak terpakai.
Demikianlah jika kita meneliti. Apakah gunanya meyakini kabar angin akibatnya hanya akan menyusahkan hati saja. Lebih baik membuat karya-karya kisah jaman dahulu kala.


6. Keni kinarta darsana
Panglimbang ala lan becik
Sayekti akeh kewala
Lelakon kang dadi tamsil
Masalahing ngaurip
Wahaninira tinemu
Temahan anarima
Mupus pepesthening takdir
Puluh-Puluh anglakoni kaelokan

Membuat kisah lama ini dapat dipakai kaca benggala,
guna membandingkan perbuatan yang salah dan yang betul.
Sebenarnya banyak sekali contoh -contoh dalam kisah-kisah lama,
mengenai kehidupan yang dapat mendinginkan hati, akhirnya “nrima”
dan menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan.
Yah segalanya itu karena sedang mengalami kejadian yang aneh-aneh.


7. Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Milu edan nora tahan
Yen tan milu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Ndilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lawan waspada

Hidup didalam jaman edan, memang repot.
Akan mengikuti tidak sampai hati, tetapi kalau tidak mengikuti geraknya jaman
tidak mendapat apapun juga. Akhirnya dapat menderita kelaparan.
Namun sudah menjadi kehendak Tuhan. Bagaimanapun juga walaupun orang yang lupa itu bahagia namun masih lebih bahagia lagi orang yang senantiasa ingat dan waspada.


8. Semono iku bebasan
Padu-padune kepengin
Enggih mekoten man Doblang
Bener ingkang angarani
Nanging sajroning batin
Sejatine nyamut-nyamut
Wis tuwa arep apa
Muhung mahas ing asepi
Supayantuk pangaksamaning Hyang Suksma

Yah segalanya itu sebenarnya dikarenakan keinginan hati. Betul bukan ?
Memang benar kalau ada yang mengatakan demikian.
Namun sebenarnya didalam hati repot juga. Sekarang sudah tua,
apa pula yang dicari. Lebih baik menyepi diri agar mendapat ampunan dari Tuhan.


9.Beda lan kang wus santosa
Kinarilah ing Hyang Widhi
Satiba malanganeya
Tan susah ngupaya kasil
Saking mangunah prapti
Pangeran paring pitulung
Marga samaning titah
Rupa sabarang pakolih
Parandene maksih taberi ikhtiyar

Lain lagi bagi yang sudah kuat. Mendapat rakhmat Tuhan.
Bagaimanapun nasibnya selalu baik.
Tidak perlu bersusah payah tiba-tiba mendapat anugerah.
Namun demikian masih juga berikhtiar.


10. Sakadare linakonan
Mung tumindak mara ati
Angger tan dadi prakara
Karana riwayat muni
Ikhtiyar iku yekti
Pamilihing reh rahayu
Sinambi budidaya
Kanthi awas lawan eling
Kanti kaesthi antuka parmaning Suksma

Apapun dilaksanakan. Hanya membuat kesenangan pokoknya tidak menimbulkan persoalan.
Agaknya ini sesuai dengan petuah yang mengatakan bahwa manusia itu wajib ikhtiar,
hanya harus memilih jalan yang baik.
Bersamaan dengan usaha tersebut juga harus awas dan
waspada agar mendapat rakhmat Tuhan.


11. Ya Allah ya Rasulullah
Kang sipat murah lan asih
Mugi-mugi aparinga
Pitulung ingkang martani
Ing alam awal akhir
Dumununging gesang ulun
Mangkya sampun awredha
Ing wekasan kadi pundi
Mula mugi wontena pitulung Tuwan

Ya Allah ya Rasulullah, yang bersifat murah dan asih,
mudah-mudahan memberi pertolongan kepada hambamu disaat-saat menjelang akhir ini.
Sekarang kami telah tua, akhirnya nanti bagaimana.
Hanya Tuhanlah yang mampu menolong kami.


12. Sageda sabar santosa
Mati sajroning ngaurip
Kalis ing reh aruraha
Murka angkara sumingkir
Tarlen meleng malat sih
Sanityaseng tyas mematuh
Badharing sapudhendha
Antuk mayar sawetawis
BoRONG angGA saWARga meSI marTAya

Mudah-mudahan kami dapat sabar dan sentosa,
seolah-olah dapat mati didalam hidup.
Lepas dari kerepotan serta jauh dari keangakara murkaan.
Biarkanlah kami hanya memohon karunia pada MU agar mendapat ampunan sekedarnya.
Kemudian kami serahkan jiwa dan raga dan kami.

siapakah Ronggowarsito?

PUJANGGA R. Ng. Ronggowarsito

R. Ng. Ronggowarsito terlahir dengan nama kecil Bagus Burham pada tahun 1728 J atau 1802 M, putra dari RM. Ng. Pajangsworo. Kakeknya, R.T. Sastronagoro yang pertama kali menemukan satu jiwa yang teguh dan bakat yang besar di balik kenakalan Burham kecil yang memang terkenal bengal. Sastronagoro kemudian mengambil inisiatif untuk mengirimnya nyantri ke Pesantren Gebang Tinatar di Ponorogo asuhan Kyai Kasan Besari.
Menjelang dewasa (1813 Masehi), ia pergi berguru kepada Kyai Imam Besari dipondok Gebang Tinatar. Tanggung jawab selama berguru itu sepenuhnya diserahkan pada Ki Tanudjaja. Ternyata telah lebih dua bulan, tidak maju-rnaju, dan ia sangat ketinggalan dengan teman seangkatannya. Disamping itu, Bagus Burham di Panaraga mempunyai tabiat buruk yang berupa kesukaan berjudi. Dalam tempo kurang satu tahun bekal 500 reyal habis bahkan 2 (dua) kudanyapun telah dijual. Sedangkan kemajuannya dalam belajar belum nampak., Kyai Imam Besari menyalahkan Ki Tanudjaja sebagai pamong yang selalu menuruti kehendak Bagus Burham yang kurang baik itu. Akhirnya Bagus Burham dan Ki Tanudjaja dengan diam-diam menghilang dari Pondok Gebang Tinatar menuju ke Mara. Disini mereka tinggal di rumah Ki ngasan Ngali saudara sepupu Ki Tanudjaja. Menurut rencana, dari Mara mereka akan menuju ke Kediri, untuk menghadap Bupati Kediri Pangeran Adipati cakraningrat. Namun atas petunjuk Ki Ngasan Nga1i, mereka berdua tidak perlu ke Kediri, melainkan cukup menunggu kehadiran Sang Adipati Cakraningrat di Madiun saja, karena sang Adi pati akan mampir di Madiun dalam rangka menghadap ke Kraton Surakarta.

Ki Tanujoyo dinilai terlalu lemah oleh Kyai Imam Besari yang selalu meng-iya-kan keinginan Ronggowarsito. Akhirnya mereka secara diam-diam meninggalkan Tegalsari menuju tempat yang jauh. Mendengar berita ini ayah Ronggowarsito memohon agar Kyai Imam Besar ikut membantu mencari dimana Ronggowarsito berada. Sampai akhirnya ditemukan dan dibawa lagi ke Tegalsari, saat itulah Kyai Imam Besar konon marah besar kepada Ronggo yang punya tabiat tidak baik di samping prestasi akademiknya jatuh.
Setelah dimarahi-langsung oleh Sang Kyai, Ronggowarsito mulai berubah bahkan konon sampai membuat banyak orang kagum atas sedemikian dahsyat perkembangan intelektual / prestasi akademik yang dicapai. Itulah bagian awal perjalanan Ronggowarsito menjadi seorang pujangga, pejabat keraton, intelektual, dan bahkan dalam sejarahnya banyak murid-murid Ronggowarsito yang datang dari luar negeri yang bisa disebut nama-namanya antara lain: C.F Winter, Jonas Portier, CH Dowing atau Jansen dan lain-lain.

Mas Rangga Panjanganom melaksanakan pernikahan dengan Raden Ajeng Gombak dan diambil anak angkat oleh Gusti panembahan Buminata. Perkawinan dilaksanakan di Buminata. Saat itu usia Bagus Burham 21 tahun. Setelah selapan (35 hari) perkawinan, keduanya berkunjung ke Kediri, dalam hal ini Ki Tanudjaja ikut serta. Setelah berbakti kepada mertua, kemudianBagus Burham mohon untuk berguru ke Bali yang sebelumnya ke Surabaya. Demikian juga berguru kepada Kyai Tunggulwulung di Ngadiluwih, Kyai Ajar Wirakanta di Ragajambi dan Kyai Ajar Sidalaku di Tabanan-Bali. Dalam kesempatan berharga itu, beliau berhasil membawa pulang beberapa catatan peringatan perjalanan dan kumpulan kropak-kropak serta peninggalan lama dari Bali dan Kediri ke Surakarta.Setelah neneknya RT. Sastranegara wafat pada tanggal 21 April 1844, R.Ng. Ranggawarsita diangkat menjadi Kaliwon Kadipaten Anom dan menduduki jabatan sebagai Pujangga keraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1845. Pada tahun ini juga, Ranggawarsita kawin lagi dengan putri RMP. Jayengmarjasa. Ranggawarsita wafat pada tahun 1873 bulan Desember hari Rabu pon tanggal 24.

24 Januari, 2008

Ratu Laut Kidul

Kisah Kanjeng Ratu Kidul (Dewi Srengenge)

Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkawinan tersebut. Maka, bahagialah sang raja.

Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. "Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku", kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.

Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. "Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya." Sang dukun menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.

Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. "Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri," kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.

Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan..

Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.


Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda

Tersebut dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.

Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, dan intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.

Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan. Versi pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kedua cerita tersebut memang berbeda, tapi anda jangan bingung. Anda tidak perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar. Cerita-cerita di atas hanyalah sebuah pengatar bagi tulisan selanjutnya.

Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta

Percayakah anda dengan cerita tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi terlepas dari polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa mitos Ratu Kidul memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakarta paling tidak tercantum dalam Babad Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti apa yang terjalin di antara keduanya?


Sebagai sebuah hubungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut Selatan. Penguasa Laut Selatan inilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan komunikasi dengan "makhluk-makhluk halus" tersebut.

Menurut Twikromo, bagi raja Jawa berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan ketenteraman.

Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.
Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.

Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena "diambil" oleh sang Ratu.

Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta) memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan.
Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Anda pasti pernah mendengar, bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu simbol 'gaib' yang dipakai oleh mantan presiden Soekarno.

Sampai sekarang, di masa yang sangat modern ini, legenda Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan, adalah legenda yang paling spektakuler. Bahkan ketika anda membaca kisah ini, banyak orang dari Indonesia atau negara lain mengakui bahwa mereka telah bertemu ratu peri yang cantik mengenakan pakaian tradisional Jawa. Salah satu orang yang dikabarkan juga pernah menyaksikan secara langsung wujud sang Ratu adalah sang maestro pelukis Indonesia, (almarhum) Affandi. Pengalamannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah lukisan.

Bait-Bait Ramalan Jayabaya

Secara singkat dapat disimak dari beberapa bait tulisan Raja Jayabaya dalam bahasa Jawa (telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia – red. Dalam buku Vision 021X103):

Bait 12021X10
Karena itu simak dan perhatikanlah ketika tanah Jawa mempunyai Raja tidak berayah tandanya memakai peci malam (kopiah) bergelar raja malam, kelemahanya wanita cantik yang merayu-rayu bergelar serba agung dan mulia”

Bait 123
“Pantas bila dijuluki komandan perang, yang berani akan menjadi malu, bila menyerang tanpa pasukan, sakti tanpa azimat atau pusaka, bila menang tak menistakan orang lain, kaya tanpa harta, benderanya warna merah putih, simbolnya binatang ternak ditingkahi gong terbuat dari baja.

Bait 1244
Matinya menunggu komando, pimpinan perang Batara Indra ditakdirkan mati bukan karena peluru atau karena kena guna-guna, tetapi karena habis tak berdaya karena lemas….”
Dst. Bait 1221, 124421, bisa diartikan sebagai gambaran/situasi zaman baru merdeka/Orde Lama dan sang pemimpin adalah Bung Karno.

Bait 12021
Ada orang mengaku-aku menjadi Raja, punya pendukung dan prajurit negaranya seperdelapan berseragam hijau warna daun bambu muda, memakai lambang Kartikapaksi menyandang senjata seperti pistol, para pengawal menyandang senapan, ditarik kereta tak berkuda (Tank/Panser), bergerak dengan suara bergemuruh seperti suara lebah yang banyak sekali melanglang diangkasa bagai Gatotkaca kembar seribu sunsum ikan laut naik kedaratan.

Bait 1204421X0210
Tutup tahun Jawa delapan tiga sembilan delapan tiga, tahun masehi sembilan enam-enam (10044214421), tertutup kuali berlumut (topi baja) terkurung oleh lumut laut.




Bait 1200
Itulah pasukan semut hijau yang kehilangan semut merah, tujuh dimasukan sumur jalatunda yang banyak buayanya, itulah lambang datangnya zaman………….
Dst. Bait 12021, 1204421X0210,1200,13021X10, bisa diartikan (tafsiran penulis) sebagai gambaran/situasi zaman Orde Baru dan sang pemimpin adalah Soeharto.

Bait 131
Duduknya seseorang mengaku Raja bersamaan dengan zaman angkara kemurkaan semakin menjadi-jadi, orang semakin bingung banyak yang terpedaya dan masuk jurang, bawahan berani pada atasan, buruh berani melawan majikan, para majikan semakin mapan yang “benyanyi” makin banyak pengikut, orang pandai diputar-putar, orang yang mengerti semakin makan hati.
Dst. Bait 132, 133,1344,1321,134421,13021, adalah suatu gambaran/situasi dizaman Orde Baru sampai dengan diakhir zaman Orde baru dengan munculnya sang pemimpin B.J.Habibie.

Bait 1304421X0210
Ada pertapa agung muncul berasal dari Gunung Kendeng berpakaian serba hitam, membantu orang yang dikerumuni thuyul mengerang, Pendeta itu bergelar bulan Satu Jawa (Sura), berdagang kayu bercabang, berbaju tutup kepala benang lawe, dihormati banyak sekali laki-laki, tetapi usianya tidaklah panjang, hanya setahun jawa merah.
Dst. Bait 144021X10,1441,1442,1443,14444,14421,1444421, bisa diartikan (tafsiran penulis) gambaran/situasi dizaman pemerintahan Presiden kita yang bergelar Kyai Haji yaitu Abdurahman Wachid.

Bait 144021
Bumi semakin lama terasa semakin sempit, sejengkal tanah kena pajak, Wanita memakai pakaian mirip laki-laki, itu pertanda bakal terjadinya perubahan zaman.

Bait 14404421X0210
Banyak janji diingkari, banyak orang melanggar sumpahnya sendiri, manusia senang menipu tidak melaksanakan hukum Allah, barang jahat dipuja-puja, barang suci dibenci.

Bait 14400
Banyak orang hamburkan uang lupa kemanusiaan, lupa kebaikan lupa sanak saudara, banyak ayah lupa anaknya, banyak anak mengusir ibunya, antar saudara saling berbohong, antar keluarga saling mencurigai kawan menjadi musuh, manusia lupa akan asal-usulnya.

Bait 121021X10
Hukuman Raja tidak adil, makin berpangkat jahat dan jahil, tingkah lakunya semua ganjil, yang baik terkucil, berbuat baik manusia malah malu, lebih mengutamakan menipu.
Dst. Bait 1211, bisa diartikan (tafsiran penulis) gambaran/situasi pada saat sekarang dimana Pemimpin/Presiden kita adalah Perempuan (Megawati) dan sayang sekali dalam buku Ramalan Jayabaya (Bagian Akhir) –red. Vision 021X103 tentang Indonesia Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan. Bait 1212 sampai Bait 1214421 tidak ada (hilang dan rusak), sehingga penulis mengalami kesulitan dalam menganalisa akhir dari situasi dizaman sekarang ini, tetapi apabila kita simak lanjutan tulisan Ramalan Joyoboyo dari Bait berikutnya, yaitu:

Bait 12100
Selambat-lambaynya kelak menjelang tutup tahun ------- ------- ---- (tahun Jawa 100204421X0210) akan ada dewa tampil berbadan manusia berparas seperti Batara Kresna, berwatak seperti Baladewa bersenjata trisula wedha tanda datangnya perubahan zaman, orang pinjam mengembalikan, orang berhutang membayar, hutang nyawa bayar nyawa, hutang malu dibayar malu.

Bait 14421021X10
Sebelumnya akan ada pertanda berupa bintang pari panjang sekali tepat diarah Tenggara, lamanya tujuh malam, hilangnya menjelang pagi sekali bersama munculnya Batara Surya bebarengan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-larut, itulah tanda Putra Batara Indra sudah tampak, datang dibumi untuk membantu orang Jawa (Bangsa Indonesia).

Bait 144211
Asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur, sebelah Timurnya Air bengawan, berumah seperti Raden Gatotkaca, berupa rumah merpati susun tiga, seperti manusia yang meledek.

Bait 144212
Banyak orang digigit nyamuk, mati. Banyak orang digigit semut, mati. Banyak suara ganjil tanpa bentuk pengikut makhluk halus, tak kelihatan, tak berbentuk, yang meminpin Putra batara Indra, bersenjatakan trisula wedha, para asuhanya menjadi perwira perang, jika berperang tanpa pasukan, sakti mandraguna tanpa azimat.




Bait 144213
Bergelar pangeran perang, kelihatan berpakaian kurang pantas namun dapat mengatasi keruwetan banyak orang ……. dst.

Bait 1442144
Putra kesayangan almarhum yang bermukim di Gunung Lawu, yaitu Kyai Batara Mukti, ya Krisna, ya Herumukti, menjadi seluruh ajaran (ngelmu), memotong tanah Jawa kedua kali mengerahkan jin dan setan dan seluruh makhluk halus berada dibawah perintahnya bersatu padu membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula wedha, pedomanya tritunggal nan suci, benar, lurus, jujur, disertai Sabdopalon dan Noyogenggong.

Bait 1442121
Tiap bulan Sura sambutlah kumara yang sudah tampak menebus dosa, dihadapan yang Maha Kuasa., masih muda sudah dipanggil orang tua (red.-isih timur kaceluk wong tuwa), warisanya Gatotkaca sejuta.

Bait 144214421
Ludahnya mirip api, sabdanya sakti (terbukti), yang bergajulan pasti mati, orang tua, muda maupun bayi tidak ada yang berdaya, minta apa saja pasti terpenuhi, garis sabdanya tidak akan lama,
beruntunglah bagi yang yakin dan percaya, serta menaati sabdanya, tidak mau dihormati orang setanah jawa, tetapi hanya memilih beberapa saja.

Bait 14421021
Pandai meramal seperti dewa, dapat mengetahui lahirnya kakek anda, cicit dan piut anda seolah-olah lahir di hari yang sama. Tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati, bijak, cermat dan terang tiliknya mengerti sebelum sesuatu terjadi. Mengetahui kakek-nenek anda memahami putaran roda zaman Jawa. Mengerti garis hidup setiap umat tidak khawatir tertelan zaman.

Bait 1442104421X0210
Oleh sebab itu carilah satria itu yatim piatu, tak bersanak saudara sudah lulus weda Jawa. Hanya berpedoman trisula ujung trisulanya sangat tajam membawa maut atau hutang nyawa yang tengah pantang merugikan orang lain. Yang di kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan.



Bait 1442100
Pantang bila diberi hati celaka dapat terkena kutukan senang menggoda dan minta secara nista. Ketahuilah bahwa itu hanya ujian, jangan dihina, ada keuntungan bagi yang dimintai berarti keadaan anda sekeluarga dilindungi.

Bait 1021021X10
Di hadapan Begawan bukan pendeta disebut pendeta bukan dewa disebut dewa seperti manusia-manusia yang bukan kekuatan yang diterangkan dengan jelas, bayang-bayang menjadi terang benderang.

Bait 10211
Jangan heran, jangan bingung itulah Putra Batara Indra yang sulung dan masih kuasa mengusir setan. Air terjun brajamusti pecah memercik. Hanya yang satu ini dapat memberi petunjuk tentang arti ramalan saya tidak bisa ditipu, karena dapat masuk kedalam hati ada manusia yang boleh bertemu tapi ada juga manusia yang belum diijinkan. Jangan iri dan kecewa itu bukan waktu anda memakai Lambang Tanpa Mahkota oleh sebab itu yang menjumpai segeralah menghormati jangan sampai terputus. Menghadaplah dengan patuh keberuntungan ada di anak cucu.

Bait 10212
Inilah jalan bagi yang ingat dan waspada pada zaman serba tidak menentu. Jangan melarang dalam menghormati orang berupa dewa, yang menghalangi akan sirna seluruh keluarga. Jangan keliru mencari dewa, carilah dewa bersenjata trisula wedha itulah sejatinya pemberian dewa.

Bait 10213
Menyerang tanpa pasukan, bila menang tak menghina yang lain rakyat bersuka ria karena keadilan Yang Kuasa telah tiba. Raja menyembah rakyat bersenjatakan trisula wedha, para pendeta juga memuja itulah asuhannya Sabdopalon yang sudah menanggung malu tapi termasyur. Segalanya tampak terang benderang tak ada yang mengeluh kekurangan itulah tanda zaman tidak menentu telah usai. Berganti zaman penuh kemuliaan memperkokoh tatanan menaruh rasa hormat yang tinggi

19 Januari, 2008

10 muharam (hari asyura)

PERISTIWA BERSEJARAH DI BULAN MUHARAM

Bulan Muharam merupakan bulan keberkatan dan rahmat kerana bermula
dari bulan inilah berlakunya segala kejadian alam ini. Bulan Muharam
juga merupakan bulan yang penuh sejarah, di mana banyak peristiwa
yang berlaku sebagai menunjukkan kekuasaan dan kasih sayang Allah
kepada makhluk-nya.

Pada bulan ini juga, Allah mengurniakan mujizat kepada Nabi-Nabi-nya
sebagai penghormatan kepada mereka dan juga limpah kurnianya yang
terbesar iaitu ampunan dan keredhaan bagi hambanya. Sebagai tanda
kesyukuran kepadanya, maka hamba-hambanya mempersembahkan ibadah
mereka (antara mereka dengan Allah) sebagai hadiah kepada Allah,
namun dengan itu, masih belum dapat lagi membalas kurniaan Allah yang
sungguh bernilai.

Said bin Jubair dari Ibnu Abbas r.a berkata: Ketika Nabi saw baru
berhijrah ke Madinah, maka mereka dapati kaum Yahudi berpuasa pada
hari Asyura (10 Muharam). Maka mereka pun bertanya kepada kaum Yahudi
tentang puasa mereka itu. Mereka menjawab, "Hari ini Allah
memenangkan Musa dan Bani Israel terhadap Firaun dan kaumnya, maka
kami berpuasa sebagai mengagungkan hari ini. Maka sabda Nabi saw:

"Kami lebih layak mengikuti jejak langkah Musa dari kamu."

Maka Nabi saw pun menyuruh para sahabat agar berpuasa. Antara lain
kelebihan 10 Muharam ialah barangsiapa yang melapangkan rezeki pada
keluarganya, maka Allah akan meluaskan rezekinya sepanjang tahun ini.
Terdapat juga sebuah hadis meriwayatkan, "Barangsiapa yang berpuasa
pada hari Asyura, maka dapat menebus dosa satu tahun." Maksud hadis
ini ialah hari yang kesepuluh Muharam (Asyura) merupakan hari dan
bulan kemuliaan kerana pada sesiapa yang berpuasa pada hari inilah,
Allah membersihkan dan menebus dosa-dosa mereka yang lampau.

Bulan Muharam merupakan satu-satunya bulan yang teristimewa kerana
banyak peristiwa yang bersejarah berlaku pada bulan ini disamping
ganjaran pahala yang besar kepada sesiapa yang beribadah pada bulan
ini sepertimana terdapat dalam satu hadis.

"Sesiapa yang berpuasa pada hari Asyura (10 Muharam), maka Allah akan
memberi kepadanya pahala sepuluh ribu malaikat dan juga akan diberi
pahala sepuluh ribu orang berhaji dan berumrah dan sepuluh ribu orang
mati syahid. Dan sesiapa yang mengusap kepala anak yatim pada hari
Asyura, maka Allah akan menaikkan dengan tiap anak rambut satu
darjat. Sesiapa yang memberi buka puasa pada semua umat Muhammad saw
dan mengenyangkan perut mereka."

Sahabat pun bertanya, "Ya Rasulullah, Allah telah melebihkan hari
Asyura, dan menjadikan bukit dari lain-lain hari." Jawab
Rasulullah, "benar, Allah telah menjadikan langit dan bumi pada hari
Asyura, dan menjadikan bukit-bukit pada hari Asyura dan menjadikan
laut pada hari Asyura dan menjadikan Loh Mahfuz dan Qalam pada hari
Asyura dan juga menjadikan Adam dan Hawa pada hari Asyura, dan
menjadikan syurga dan neraka serta memasukkan Adam ke syurga pada
hari Asyura, dan Allah menyelamatkannya dari api pada hari Asyura dan
menyembuhkan dari bala pada Nabi Ayub. Pada hari Asyura juga Allah
memberi taubat kepada Adam dan diampunkan dosa Nabi Daud, juga
kembalinya kerajaan Nabi Sulaiman pada hari Asyura dan kiamat akan
terjadi pada hari Asyura."

Maka pada hari itu ( 10 Muharam) Nabi Adam dan Nabi Nuh a.s berpuasa
kerana bersyukur kepada Allah kerana hari itu merupakan hari taubat
mereka diterima oleh Allah setelah beratus-ratus tahun lamanya
memohon keampunan.



Pada hari itu juga, hari pembebasan bagi orang-orang Islam yang telah
sekian lama dikongkong oleh Firaun, di mana hari itu mereka
diselamatkan dari kejahatan dan kezaliman Firaun yang selama ini
mengancam agama dan menggugat iman mereka. Dengan tenggelamnya
Firaun, Haman, Qarun dan istana mereka bererti berakhirlah sudah
kezaliman musuh-musuh Allah buat masa itu. Terselamatlah tentera Nabi
Musa dari musuh dengan mukjizat yang Allah berikan, maka mereka
berpuasa kerana kesyukuran yang tidak terhingga kepada Allah swt.

Banyak peristiwa bersejarah yang berlaku pada 10 Muharam ini, di mana
pada hari inilah, Allah telah memuliakan Nabi-Nabi dengan sepuluh
kehormatan.

1. Setelah beratus-ratus tahun meminta ampun dan taubat pada
Allah, maka pada hari yang bersejarah 10 Muharam inilah, Allah telah
menerima taubat Nabi Adam. Ini adalah satu penghormatan kepada Nabi
Adam a.s.



2. Pada 10 Muharam juga, Nabi Idris a.s telah di bawa ke
langit, sebagai tanda Allah menaikkan darjat baginda.



3. Pada 10 Muharam, tarikh berlabuhnya perahu Nabi Nuh a.s
kerana banjir yang melanda seluruh alam di mana hanya ada 40 keluarga
termasuk manusia binatang sahaja yang terselamat dari banjir
tersebut. Kita merupakan cucu-cicit antara 40 keluarga tadi. Ini
merupakan penghormatan kepada Nabi Nuh a.s kerana 40 keluarga ini
sahaja yang terselamat dan dipilih oleh Allah. Selain dari itu,
mereka adalah orang-orang yang engkar pada Nabi Nuh a.s.



4. Nabi Ibrahim dilahirkan pada 10 Muharam dan diangkat sebagai
Khalilullah (kekasih Allah) dan juga hari di mana baginda
diselamatkan dari api yang dinyalakan oleh Namrud. Nabi Ibrahim
diberi penghormatan dengan Allah memerintahkan kepada api supaya
menjadi sejuk dan tidak membakar Nabi Ibrahim. Maka terselamatlah
Nabi Ibrahim dari angkara kekejaman Namrud.



5. Pada 10 Muharam ini juga Allah menerima taubat Nabi Daud
kerana Nabi Daud merampas isteri orang walaupun bagainda sendiri
sudah ada 99 orang isteri, masih lagi ingin isteri orang. Oleh kerana
Nabi Daud telah membuatkan si suami rasa kecil hati, maka Allah
turunkan dua malaikat menyamar sebagai manusia untuk menegur dan
menyindir atas perbuatan Nabi Daud itu. Dengan itu sedarlah Nabi Daud
atas perbuatannya dan memohon ampun pada Allah. Sebagai penghormatan
kepada Nabi Daud a.s maka Allah mengampunkan baginda pada 10 Muharam.



6. Pada 10 Muharam ini juga, Allah mengangkat Nabi Isa ke
langit, di mana Allah telah menukarkan Nabi Isa dengan Yahuza. Ini
merupakan satu penghormatan kepada Nabi Isa daripada kekejaman kaum
Bani Israil.



7. Allah juga telah menyelamatkan Nabi Musa pada 10 Muharam
daripada kekejaman Firaun dengan mengurniakan mukjizat iaitu tongkat
yang dapat menjadi ular besar yang memakan semua ular-ular ahli sihir
dan menjadikan laut terbelah untuk dilalui oleh tentera Nabi Musa dan
terkambus semula apabila dilalui oleh Firaun dan tenteranya. Maka
tenggelamlah mereka di Laut Merah. Mukjizat yang dikurniakan Allah
kepada Nabi Musa ini merupakan satu penghormatan kepada Nabi Musa a.s



8. Allah juga telah menenggelamkan Firaun, Haman dan Qarun
serta kesemua harta-harta Qarun dalam bumi kerana kezaliman mereka.
10 Muharam, merupakan berakhirnya kekejaman Firaun buat masa itu.



9. Allah juga telah mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan
setelah berada selama 40 hari di dalamnya. Allah telah memberikan
hukuman secara tidak langsung kepada Nabi Yunus dengan cara ikan Nun
menelannya. Dan pada 10 Muharam ini, Allah mengurniakan penghormatan
kepada baginda dengan mengampun dan mengeluarkannya dari perut ikan
Nun.



10. Allah juga telah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman a.s pada
10 Muharam sebagai penghormatan kepada baginda.



Dengan itu, mereka berpuasa dan beribadah kepada Allah sebagai
tanda kesyukuran kepada Allah swt. Nabi saw telah bersabda dengan
maksudnya:



"Saya dahulu telah menyuruh kamu berpuasa sebagai perintah
wajib puasa Asyura, tetapi kini terserahlah kepada sesiapa yang suka
berpuasa, maka dibolehkan berpuasa dan sesiapa yang tidak sukar boleh
meninggalkannya."



Begitulah sabda Rasulullah di mana puasa pada hari Asyura ini
sangat-sangat dituntut. Kalau tidak memberatkan umat baginda, maka
diwajibkan. Oleh kerana takut memberatkan umatnya, maka hukumnya
adalah sunat.

syair seorang sufi

"Jika engkau ingin mengikuti petunjuk dari iman,

maka kuatkanlah dirimu untuk menerima musibah-musibah dengan hati yang hilm(lemah-lembut)di waktu menghadapi kepahitan;

* dan hati yang sabar terbentang dalam dada;

lisanmu perlu dikunci,

matamu dikendalikan,

rahsiamu disembunyikan, dan hanya dilihat oleh Tuhan sahaja,

namamu jangan terkenal,

pintumu ditutup,

mulutmu tersenyum,

perutmu lapar,

hatimu luka,

pemasaranmu sepi,

pangkatmu dipendam dan keaibanmu tersohor,

dan tiap hari menelan perasaan pahit dari pengaruh zaman dan teman, sedangkan hatimu menurut;

siangmu sibuk meng-ishlah-kan (mendamaikan) orang-orang tanpa membangkit-bangkit;

malammu rindu kepada Tuhan,

* sepi dari pandangan,
* ambillah kesempatan pada malam itu;
* jadikanlah ia jalan dan persiapan untuk hari Qiyamah, yang padanya sulit sekali mencari jalan."

18 Januari, 2008

Ramalan Sabda Palon

Ramalan Sabdo Palon



1.
Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis di dalam buku babad tentang negara Mojopahit. Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh Punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong.

2.
Prabu Brawijaya berkata lemah lembut kepada punakawannya: “Sabda Palon sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu? Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan baik.”

3.
Sabda Palon menjawab kasar: “Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.

4.
Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha lagi (maksudnya Kawruh Budi), saya sebar seluruh tanah Jawa.

5.
Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.

6.
Lahar tersebut mengalir ke Barat Daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda (Kawruh Budi). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widhi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.

7.
Kelak waktunya paling sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.

8.
Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.

9.
Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.

10.
Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tapi siang hari banyak begal.

11.
Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.

12.
Bahaya penyakit luar biasa. Di sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang.

13.
Seperti lautan meluap airnya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri. Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup di pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan gemuruh suaranya.

14.
Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap ke kanan serta ke kiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali. Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.

15.
Gempa bumi tujuh kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah brekasakan yang menyeret manusia ke dalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan mereka meninggal dunia.

16.
Demikianlah kata-kata Sabda Palon yang segera menghilang sebentar tidak tampak lagi diriya. Kembali ke alamnya. Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan merasa salah. Namun bagaimana lagi, segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin diubahnya lagi

Ramalan Ronggowarsito

Ramalan 7 Satria Ronggowarsito

Dipaparkan ada tujuh satrio piningit yang akan muncul sebagai tokoh yang dikemudian hari akan memerintah atau memimpin wilayah seluas wilayah “bekas” kerajaan Majapahit , yaitu : Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumelo Atur, Satrio Lelono Topo Ngrame, Satrio Piningit Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.Berkenaan dengan itu, banyak kalangan yang kemudian mencoba menafsirkan ke-tujuh Satrio Piningit itu adalah sebagai berikut :

1. SATRIO KINUNJORO MURWO KUNCORO. Tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan akan kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (Murwo Kuncoro). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soekarno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang juga Pemimpin Besar Revolusi dan pemimpin Rezim Orde Lama. Berkuasa tahun 1945-1967.

2. SATRIO MUKTI WIBOWO KESANDUNG KESAMPAR. Tokoh pemimpin yang berharta dunia (Mukti) juga berwibawa/ditakuti (Wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan, serba buruk dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan / kesalahan (Kesandung Kesampar). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia dan pemimpin Rezim Orde Baru yang ditakuti. Berkuasa tahun 1967-1998.

3. SATRIO JINUMPUT SUMELA ATUR. Tokoh pemimpin yang diangkat/terpungut (Jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (Sumela Atur). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai BJ Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1998-1999.

4. SATRIO LELONO TAPA NGRAME. Tokoh pemimpin yang suka mengembara / keliling dunia (Lelono) akan tetapi dia juga seseorang yang mempunyai tingkat kejiwaan Religius yang cukup / Rohaniawan (Tapa Ngrame). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1999-2000.

5. SATRIO PININGIT HAMONG TUWUH. Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima Republik Indonesia. Berkuasa tahun 2000-2004.

6. SATRIO BOYONG PAMBUKANING GAPURO. Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (Boyong / dari menteri menjadi presiden) dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia akan selamat memimpin bangsa ini dengan baik manakala mau dan mampu mensinergikan dengan kekuatan Sang Satria Piningit atau setidaknya dengan seorang spiritualis sejati satria piningit yang hanya memikirkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga gerbang mercusuar dunia akan mulai terkuak. Mengandalkan para birokrat dan teknokrat saja tak akan mampu menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Ancaman bencana alam, disintegrasi bangsa dan anarkhisme seiring prahara yang terus terjadi akan memandulkan kebijakan yang diambil.

7. SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU. Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Allah SWT (Sinisihan Wahyu). Dengan selalu bersandar hanya kepada Allah SWT, Insya Allah, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.

Ramalan Prabu Jayabaya

Asmarandana :

1. Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh
takut dan takluk, tak ada yang berani.
2. Beliau sakti sebab titisan Batara wisnu. Waktu itu Sang Prabu menjadi raja agung, pasukannya raja-raja.
3. Terkisahkan bahwa Sang Prabu punya putra lelaki yang tampan. Sesudah dewasa dijadikan raja di Pagedongan. Sangat raharja negara-nya.
4. Hal tersebut menggembirakan Sang Prabu. Waktu itu tersebutkan Sang Prabu akan mendapat tamu, seorang raja pandita dari Rum bernama, Sultan Maolana.
5. Lengkapnya bernama Ngali Samsujen. Kedatangannya disambut sebaik-baiknya. Sebab tamu tersebut seorang raja pandita lain bangsa pantas dihormati.
6. Setelah duduk Sultan Ngali Samsujen berkata: “Sang Prabu Jayabaya, perkenankan saya memberi petuah padamu menge.nai Kitab Musarar.
7. Yang menyebutkan tinggal tiga kali lagi kemudian kerajaanmu akan diganti oleh orang lain”. Sang Prabu mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Karena beliau telah mengerti kehendak Dewata.
8. Sang Prabu segera menjadi murid sang Raja Pandita. Segala isi Kitab Musarar sudah diketahui semua. Beliaupun ingat tinggal menitis 3 kali.
9. Kelak akan diletakkan dalam teken Sang Pandita yang ditinggal di Kakbah yang membawa Imam Supingi untuk menaikkan kutbah,
10. Senjata ecis itu yang bernama Udharati. Dikelak kemudian hari ada Maolana masih cucu Rasul yang mengembara sampai ke P. Jawa membawa ecis tersebut. Kelak menjadi punden Tanah Jawa.
11. Raja Pandita pamit dan musnah dari tempat duduk. Kemudian terkisahkan setelah satu bulan Sang Prabu memanggil putranya.
12. Setelah sang putra datang lalu diajak ke gunung Padang. Ayah dan putra itu setelah datang lalu naik ke gunung.
13. Di sana ada Ajar bernama Ajar Subrata. Menjemput Prabu Jayabaya seorang raja yang berincoknito termasuk titisan Batara Wisnu..
14. Karenanya Sang Prabu sangat waspada, tahu sebelum kejadian mengenai raja-raja karena Sang Prabu menerima sasmita gaib.
15. Bila Islam seperti Nabi. Prabu Jayabaya bercengkrama di gunung sudah lama. Bertemu dengan ki Ajar di gunung Padang. Yang bertapa brata sehingga apa yang dikehendaki terjadi.
16. Tergopoh-gopoh menghormati. Setelah duduk ki Ajar memanggil seorang endang yang membawa sesaji. Berwarna-warni isinya. Tujuh warna-warni dan lengkap delapan dengarn endangnya.
17. Jadah (ketan) setakir, bawang putih satu talam, kembang melati satu bungkus, darah sepitrah, kunir sarimpang, sebatang pohon kajar dan kembang mojar satu bungkus.
18. Kedelapan endang seorang. Kemudian ki Ajar menghaturkan sembah : “Inilah hidangan kami untuk sang Prabu”. Sang Prabu waspada kemudian menarik senjata kerisnya.
19. Ki Ajar ditikam mati. Demikian juga endangnya. Keris kemudian dimasukkan lagi. Cantrik-cantrik berlarian karena takut. Sedangkan raja putra kecewa melihat perbuatan ayahnya.
20. Sang putra akan bertanya merasa takut. Kemudian merekapun pulang. Datang di kedaton Sang Prabu berbicara dengan putranya.
21. Heh anakku. Kamu tahu ulah si Ajar yang saya bunuh. Sebab berdosa kepada guru saya Sultan Maolana Ngali Samsujen tatkala masih muda.

Sinom :

1. Dia itu sudah diwejang (diberitahu) oleh guru mengenai kitab Musarar. Sama seperti saya. Namun dia menyalahi janji, musnah raja-raja di P. Jawa. Toh saya sudah diberitahu bahwa saya tinggal 3 kali lagi.
2. Bila sudah menitis tiga kali kemudian ada jaman lagi bukan perbuatan saya. Sudah dikatakan oleh Maolana Ngali tidak mungkin berobah lagi. Diberi lambang Jaman Catur semune segara asat.
3. Itulah Jenggala, Kediri, Singasari dan Ngurawan. Empat raja itu masih kekuasaan saya. Negaranya bahagia diatas bumi. Menghancurkan keburukan.
4. Setelah 100 tahun musnah keempat kerajaan tersebut. Kemudian ada jaman lagi yang bukan milik saya, sebab saya sudah terpisah dengan saudara-saudara ditempat yang rahasia.
5. Di dalam teken sang guru Maolana Ngali. Demikian harap diketahui oleh anak cucu bahwa akan ada jaman Anderpati yang bernama Kala-wisesa.
6. Lambangnya: Sumilir naga kentir semune liman pepeka. Itu negara Pajajaran. Negara tersebut tanpa keadilan dan tata negara, Setelah seratus tahun kemudian musnah.
7. Sebab berperang dengan saudara. Hasil bumi diberi pajak emas. Sebab saya mendapat hidangan Kunir sarimpang dari ki Ajar. Kemudian berganti jaman di Majapahit dengan rajanya Prabu Brawijaya.
8. Demikian nama raja bergelar Sang Rajapati Dewanata. Alamnya disebut Anderpati, lamanya sepuluh windu (80 tahun). Hasil negara berupa picis (uang). Ternyata waktu itu dari hidangan ki Ajar.
9. Hidangannya Jadah satu takir. Lambangnya waktu itu Sima galak semune curiga ketul. Kemudian berganti jaman lagi. Di Gelagahwangi dengan ibukota di Demak. Ada agama dengan pemimpinnya bergelar Diyati Kalawisaya.
10. Enam puluh lima tahun kemudian musnah. Yang bertahta Ratu Adil serta wali dan pandita semuanya cinta. Pajak rakyat berupa uang. Temyata saya diberi hidangan bunga Melati oleh ki Ajar.
11. Negara tersebut diberi lambang: Kekesahan durung kongsi kaselak kampuhe bedah. Kemudian berganti jaman Kalajangga. Beribukota Pajang dengan hukum seperti di Demak. Tidak diganti oleh anaknya. 36 tahun kemudian musnah.
12. Negara ini diberi lambang: cangkrama putung watange. Orang di desa terkena pajak pakaian dan uang. Sebab ki Ajar dahulu memberi hidangan sebatang pohon kajar. Kemudian berganti jaman di Mataram. Kalasakti Prabu Anyakrakusuma.
13. Dicintai pasukannya. Kuat angkatan perangnya dan kaya, disegani seluruh bangsa Jawa. Bahkan juga sebagai gantinya Ajar dan wali serta pandita, bersatu dalam diri Sang Prabu yang adil.
14. Raja perkasa tetapi berbudi halus. Rakyat kena pajak reyal. Sebab waktu itu saya mendapat hidangan bawang putih dari ki Ajar. Rajanya diberi gelar: Sura Kalpa semune lintang sinipat.
15. Kemudian berganti lagi dengan lambang: Kembang sempol Semune modin tanpa sreban. Raja yang keempat yang penghabisan diberi lambang Kalpa sru kanaka putung. Seratus tahun kemudian musnah sebab melawan sekutu. Kemudian ada nakhoda yang datang berdagang.
16. Berdagang di tanah Jawa kemudian mendapat sejengkal tanah. Lama kelamaan ikut perang dan selalu menang, sehingga terpandang di pulau Jawa. Jaman sudah berganti meskipun masih keturunan Mataram. Negara bernama Nyakkrawati dan ibukota di Pajang.
17. Raja berpasukan campur aduk. Disegani setanah Jawa. Yang memulai menjadi raja dengan gelar Layon keli semune satriya brangti. Kemudian berganti raja yang bergelar: semune kenya musoni. Tidak lama kemudian berganti.
18. Nama rajanya Lung gadung rara nglikasi kemudian berganti gajah meta semune tengu lelaki. Enam puluh tahun menerima kutukan sehingga tenggelam negaranya dan hukum tidak karu-karuan. Waktu itu pajaknya rakyat adalah.
Keterangan :
Lung Gadung Rara Nglikasi : Raja yang penuh inisiatif dalam segala hal, namun memiliki kelemahan suka wanita (Soekarno). Gajah Meta Semune Tengu Lelaki : Raja yang disegani/ditakuti, namun nista (Soeharto).
19. Uang anggris dan uwang. Sebab saya diberi hidangan darah sepitrah. Kemudian negara geger. Tanah tidak berkasiat, pemerintah rusak. Rakyat celaka. Bermacam-macam bencana yang tidak dapat ditolak.
20. Negara rusak. Raja berpisah dengan rakyat. Bupati berdiri sendiri-sendiri. Kemudian berganti jaman Kutila. Rajanya Kara Murka. Lambangnya Panji loro semune Pajang Mataram.
Keterangan :
- Bupati berdiri sendiri-sendiri : Otonomi Daerah.
- Jaman Kutila : Reformasi
- Raja Kara Murka : Raja-raja yang saling balas dendam.
- Panji Loro semune Pajang Mataram : Dua kekuatan pimpinan yang saling jegal ingin menjatuhkan (Gus Dur - Megawati ).
21. Nakhoda ikut serta memerintah. Punya keberanian dan kaya. Sarjana tidak ada. Rakyat sengsara. Rumah hancur berantakan diterjang jalan besar. Kemudian diganti dengan lambang Rara ngangsu, randa loro nututi pijer tetukar.
Keterangan :
- Nakhoda : Orang asing.
- Sarjana : Orang arif dan bijak.
- Rara Ngangsu, Randa Loro Nututi Pijer Atetukar : Ratu yang selalu diikuti/diintai dua saudara wanita tua untuk menggantikannya (Megawati).
22. Tidak berkesempatan menghias diri, sinjang kemben tan tinolih itu sebuah lambang yang menurut Seh Ngali Samsujen datangnya Kala Bendu. Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut.
Keterangan :
Tan Kober Apepaes Tan Tinolih Sinjang Kemben : Raja yang tidak sempat mengatur negara sebab adanya masalah-masalah yang merepotkan (SBY/Kalla).
23. Pajak rakyat banyak sekali macamnya. Semakin naik. Panen tidak membuat kenyang. Hasilnya berkurang. orang jahat makin menjadi-jadi Orang besar hatinya jail. Makin hari makin bertambah kesengsaraan negara.
24. Hukum dan pengadilan negara tidak berguna. Perintah berganti-ganti. Keadilan tidak ada. Yang benar dianggap salah. Yang jahat dianggap benar. Setan menyamar sebagai wahyu. Banyak orang melupakan Tuhan dan orang tua.
25. Wanita hilang kehormatannya. Sebab saya diberi hidangan Endang seorang oleh ki Ajar. Mulai perang tidak berakhir. Kemudian ada tanda negara pecah.
26. Banyak hal-hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan. Kemudian raja Kara Murka Kutila musnah.
27. Kemudian kelak akan datang Tunjung putih semune Pudak kasungsang. Lahir di bumi Mekah. Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah kesengsaraan di bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan.
Keterangan :
- Tunjung Putih semune Pudak Kesungsang : Raja berhati putih namun masih tersembunyi (Satriya Piningit).
- Lahir di bumi Mekah : Orang Islam yang sangat bertauhid.
28. Raja keturunan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa. Letaknya dekat dengan gunung Perahu, sebelah barat tempuran. Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.
Keterangan :
- Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa : Orang Islam yang sangat menghormati leluhurnya dan menyatu dengan ajaran tradisi Jawa (kawruh Jawa).
29. Waktu itulah ada keadilan. Rakyat pajaknya dinar sebab saya diberi hidangan bunga seruni oleh ki Ajar. Waktu itu pemerintahan raja baik sekali. Orangnya tampan senyumnya manis sekali.

Dandanggula :

1. Benar-benar raharja waktu itu tidak ada yang menghalang-halangi. Rakyat yang dikenakan pajak seribu dikurangi oleh sang Prabu tinggal seratus dinar. Dihitung 1.800 rajanya musnah.
2. Hilang rusak bersama kedatonnya. Pulau Jawapun rusak peraturan tidak karu-karuan. Para pegawai serta luar negeri tidak akur. Kemudian Tuhan menobatkan Sang Ratu Asmarakingkin tampan dan masih muda.
3. Kembalilah kewibawaan raja. Pasukan setia semuanya. Suka diperintah. Kedatonnya di Kediri yang satu dan lainnya di negeri Arab. Kerta raharja keadaan negaranya. Waktu itu dihitung telah 1.900 dan negara itupun pecah.
4. Sudah menjadi kehendak Tuhan. Datanglah raja Prenggi dengan pasukannya. Kekuatannya luar biasa sehingga raja kalah. Tanah Jawa tunduk dan raja Prenggi menjadi raja di tanah Jawa. Sangat kejam tindakannya.
5. Waktu raja Rum dihadap oleh mantri bupati berkata kepada patihnya: “Heh patih, saya mendengar bahwa tanah Jawa rajanya musnah kalah perang dengan raja Prenggi, tidak ada yang dapat menghalangi.
6. Maka dari itu Patih berangkatlah dengan pasukan secukupnya. Usirlah raja Prenggi. Kalau tidak dapat jangan kamu kembali. Kemudian ki Patih berangkat bersama pasukan Rum datang di tanah Jawa mengusir raja Prenggi yang musnah dengan seluruh bala tentaranya. seorang oleh ki Ajar. Terhitung tahun 1770. Mulai perang tidak
7. Rakyat kecil gembira hatinya. Tidak ada yang sengsara. Murah segalanya. Yang ditanam subur. Jaman itu dinamakan: gandrung-gandrung neng lurung andulu gelung kekendon lukar kawratan, keris parung dolen tukokna campur bawur mring pasar.
8. Sudah 2.000 tahun. Angkasa sepi tidak terlihat apapun juga. Sudah hampir tiba waktunya kiamat. Jarang hujan, angin topan yang kerap kali datang. Bagaikan menimpa bumi dari selatan timur datangnya menghancurkan gunung-gunung.



Bait Terakhir Ramalan Jayabaya

140.
polahe wong Jawa kaya gabah diinteri
endi sing bener endi sing sejati
para tapa padha ora wani
padha wedi ngajarake piwulang adi
salah-salah anemani pati


tingkah laku orang Jawa seperti gabah ditampi
mana yang benar mana yang asli
para pertapa semua tak berani
takut menyampaikan ajaran benar
salah-salah dapat menemui ajal


141.
banjir bandang ana ngendi-endi
gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni
gehtinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati geni
marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti


banjir bandang dimana-mana
gunung meletus tidak dinyana-nyana, tidak ada isyarat dahulu
sangat benci terhadap pendeta yang bertapa, tanpa makan dan tidur
karena takut bakal terbongkar rahasianya siapa anda sebenarnya


142.
pancen wolak-waliking jaman
amenangi jaman edan
ora edan ora kumanan
sing waras padha nggagas
wong tani padha ditaleni
wong dora padha ura-ura
beja-bejane sing lali,
isih beja kang eling lan waspadha

sungguh zaman gonjang-ganjing
menyaksikan zaman gila
tidak ikut gila tidak dapat bagian
yang sehat pada olah pikir
para petani dibelenggu
para pembohong bersuka ria
beruntunglah bagi yang lupa,
masih beruntung yang ingat dan waspada

143.
ratu ora netepi janji
musna kuwasa lan prabawane
akeh omah ndhuwur kuda
wong padha mangan wong
kayu gligan lan wesi hiya padha doyan
dirasa enak kaya roti bolu
yen wengi padha ora bisa turu


raja tidak menepati janji
kehilangan kekuasaan dan kewibawaannya
banyak rumah di atas kuda
orang makan sesamanya
kayu gelondongan dan besi juga dimakan
katanya enak serasa kue bolu
malam hari semua tak bisa tidur

144.
sing edan padha bisa dandan
sing ambangkang padha bisa
nggalang omah gedong magrong-magrong

yang gila dapat berdandan
yang membangkang semua dapat
membangun rumah, gedung-gedung megah

145.
wong dagang barang sangsaya laris, bandhane ludes
akeh wong mati kaliren gisining panganan
akeh wong nyekel bendha ning uriping sengsara

orang berdagang barang makin laris tapi hartanya makin habis
banyak orang mati kelaparan di samping makanan
banyak orang berharta namun hidupnya sengsara

146.
wong waras lan adil uripe ngenes lan kepencil
sing ora abisa maling digethingi
sing pinter duraka dadi kanca
wong bener sangsaya thenger-thenger
wong salah sangsaya bungah
akeh bandha musna tan karuan larine
akeh pangkat lan drajat padha minggat tan karuan sebabe


orang waras dan adil hidupnya memprihatinkan dan terkucil
yang tidak dapat mencuri dibenci
yang pintar curang jadi teman
orang jujur semakin tak berkutik
orang salah makin pongah
banyak harta musnah tak jelas larinya
banyak pangkat dan kedudukan lepas tanpa sebab


147.
bumi sangsaya suwe sangsaya mengkeret
sakilan bumi dipajeki
wong wadon nganggo panganggo lanang
iku pertandhane yen bakal nemoni
wolak-walike zaman


bumi semakin lama semakin sempit
sejengkal tanah kena pajak
wanita memakai pakaian laki-laki
itu pertanda bakal terjadinya
zaman gonjang-ganjing


148.
akeh wong janji ora ditepati
akeh wong nglanggar sumpahe dhewe
manungsa padha seneng ngalap,
tan anindakake hukuming Allah
barang jahat diangkat-angkat
barang suci dibenci

banyak orang berjanji diingkari
banyak orang melanggar sumpahnya sendiri
manusia senang menipu
tidak melaksanakan hukum Allah
barang jahat dipuja-puja
barang suci dibenci


149.
akeh wong ngutamakake royal
lali kamanungsane, lali kebecikane
lali sanak lali kadang
akeh bapa lali anak
akeh anak mundhung biyung
sedulur padha cidra
keluarga padha curiga
kanca dadi mungsuh
manungsa lali asale

banyak orang hamburkan uang
lupa kemanusiaan, lupa kebaikan
lupa sanak saudara
banyak ayah lupa anaknya
banyak anak mengusir ibunya
antar saudara saling berbohong
antar keluarga saling mencurigai
kawan menjadi musuh
manusia lupa akan asal-usulnya

150.
ukuman ratu ora adil
akeh pangkat jahat jahil
kelakuan padha ganjil
sing apik padha kepencil
akarya apik manungsa isin
luwih utama ngapusi


hukuman raja tidak adil
banyak yang berpangkat, jahat dan jahil
tingkah lakunya semua ganjil
yang baik terkucil
berbuat baik manusia malah malu
lebih mengutamakan menipu


151.
wanita nglamar pria
isih bayi padha mbayi
sing pria padha ngasorake drajate dhewe


wanita melamar pria
masih muda sudah beranak
kaum pria merendahkan derajatnya sendiri

Bait 152 sampai dengan 156 tidak ada (hilang dan rusak)

157.
wong golek pangan pindha gabah den interi
sing kebat kliwat, sing kasep kepleset
sing gedhe rame, gawe sing cilik keceklik
sing anggak ketenggak, sing wedi padha mati
nanging sing ngawur padha makmur
sing ngati-ati padha sambat kepati-pati


tingkah laku orang mencari makan seperti gabah ditampi
yang cepat mendapatkan, yang lambat terpeleset
yang besar beramai-ramai membuat yang kecil terjepit
yang angkuh menengadah, yang takut malah mati
namun yang ngawur malah makmur
yang berhati-hati mengeluh setengah mati


158.
cina alang-alang keplantrang dibandhem nggendring
melu Jawa sing padha eling
sing tan eling miling-miling
mlayu-mlayu kaya maling kena tuding
eling mulih padha manjing
akeh wong injir, akeh centhil
sing eman ora keduman
sing keduman ora eman


cina berlindung karena dilempari lari terbirit-birit
ikut orang Jawa yang sadar
yang tidak sadar was-was
berlari-lari bak pencuri yang kena tuduh
yang tetap tinggal dibenci
banyak orang malas, banyak yang genit
yang sayang tidak kebagian
yang dapat bagian tidak sayang


159.
selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa
apasurya padha bethara Kresna
awatak Baladewa
agegaman trisula wedha
jinejer wolak-waliking zaman
wong nyilih mbalekake,
wong utang mbayar
utang nyawa bayar nyawa
utang wirang nyaur wirang


selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun
(sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu)
akan ada dewa tampil
berbadan manusia
berparas seperti Batara Kresna
berwatak seperti Baladewa
bersenjata trisula wedha
tanda datangnya perubahan zaman
orang pinjam mengembalikan,
orang berhutang membayar
hutang nyawa bayar nyawa
hutang malu dibayar malu


160.
sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa
ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener
lawase pitung bengi,
parak esuk bener ilange
bethara surya njumedhul
bebarengan sing wis mungkur prihatine manungsa kelantur-lantur
iku tandane putra Bethara Indra wus katon
tumeka ing arcapada ambebantu wong Jawa

sebelumnya ada pertanda bintang pari
panjang sekali tepat di arah Selatan menuju Timur
lamanya tujuh malam
hilangnya menjelang pagi sekali
bersama munculnya Batara Surya
bebarengan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-larut
itulah tanda putra Batara Indra sudah nampak
datang di bumi untuk membantu orang Jawa


161.
dunungane ana sikil redi Lawu sisih wetan
wetane bengawan banyu
andhedukuh pindha Raden Gatotkaca
arupa pagupon dara tundha tiga
kaya manungsa angleledha


asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur
sebelah timurnya bengawan
berumah seperti Raden Gatotkaca
berupa rumah merpati susun tiga
seperti manusia yang menggoda

162.
akeh wong dicakot lemut mati
akeh wong dicakot semut sirna
akeh swara aneh tanpa rupa
bala prewangan makhluk halus padha baris, pada rebut benere garis
tan kasat mata, tan arupa
sing madhegani putrane Bethara Indra
agegaman trisula wedha
momongane padha dadi nayaka perang
perange tanpa bala
sakti mandraguna tanpa aji-aji

banyak orang digigit nyamuk,
mati banyak orang digigit semut, mati
banyak suara aneh tanpa rupa
pasukan makhluk halus sama-sama berbaris, berebut garis yang benar
tak kelihatan, tak berbentuk
yang memimpin adalah putra Batara Indra,
bersenjatakan trisula wedha
para asuhannya menjadi perwira perang
jika berperang tanpa pasukan
sakti mandraguna tanpa azimat

163.
apeparap pangeraning prang
tan pokro anggoning nyandhang
ning iya bisa nyembadani ruwet rentenging wong sakpirang-pirang
sing padha nyembah reca ndhaplang,
cina eling seh seh kalih pinaringan sabda hiya gidrang-gidrang


bergelar pangeran perang
kelihatan berpakaian kurang pantas
namun dapat mengatasi keruwetan orang banyak
yang menyembah arca terlentang
cina ingat suhu-suhunya dan memperoleh perintah, lalu melompat ketakutan

164.
putra kinasih swargi kang jumeneng ing gunung Lawu
hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti
mumpuni sakabehing laku
nugel tanah Jawa kaping pindho
ngerahake jin setan
kumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saeko proyo
kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda
landhepe triniji suci
bener, jejeg, jujur
kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong


putra kesayangan almarhum yang bermukim di Gunung Lawu
yaitu Kyai Batara Mukti, ya Krisna, ya Herumukti
menguasai seluruh ajaran (ngelmu)
memotong tanah Jawa kedua kali
mengerahkan jin dan setan
seluruh makhluk halus berada dibawah perintahnya bersatu padu
membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda
tajamnya tritunggal nan suci
benar, lurus, jujur
didampingi Sabdopalon dan Noyogenggong


165.
pendhak Sura nguntapa kumara
kang wus katon nembus dosane
kadhepake ngarsaning sang kuasa
isih timur kaceluk wong tuwa
paringane Gatotkaca sayuta

tiap bulan Sura sambutlah kumara
yang sudah tampak menebus dosa
dihadapan sang Maha Kuasa
masih muda sudah dipanggil orang tua
warisannya Gatotkaca sejuta

166.
idune idu geni
sabdane malati
sing mbregendhul mesti mati
ora tuwo, enom padha dene bayi
wong ora ndayani nyuwun apa bae mesthi sembada
garis sabda ora gentalan dina,
beja-bejane sing yakin lan tuhu setya sabdanira
tan karsa sinuyudan wong sak tanah Jawa
nanging inung pilih-pilih sapa


ludahnya ludah api
sabdanya sakti (terbukti)
yang membantah pasti mati
orang tua, muda maupun bayi
orang yang tidak berdaya minta apa saja pasti terpenuhi
garis sabdanya tidak akan lama
beruntunglah bagi yang yakin dan percaya serta menaati sabdanya
tidak mau dihormati orang se tanah Jawa
tetapi hanya memilih beberapa saja

167.
waskita pindha dewa
bisa nyumurupi lahire mbahira, buyutira, canggahira
pindha lahir bareng sadina
ora bisa diapusi marga bisa maca ati
wasis, wegig, waskita,
ngerti sakdurunge winarah
bisa pirsa mbah-mbahira
angawuningani jantraning zaman Jawa
ngerti garise siji-sijining umat
Tan kewran sasuruping zaman

pandai meramal seperti dewa
dapat mengetahui lahirnya kakek, buyut dan canggah anda
seolah-olah lahir di waktu yang sama
tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati
bijak, cermat dan sakti
mengerti sebelum sesuatu terjadi
mengetahui leluhur anda
memahami putaran roda zaman Jawa
mengerti garis hidup setiap umat
tidak khawatir tertelan zaman

168.
mula den upadinen sinatriya iku
wus tan abapa, tan bibi, lola
awus aputus weda Jawa
mung angandelake trisula
landheping trisula pucuk
gegawe pati utawa utang nyawa
sing tengah sirik gawe kapitunaning liyan
sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda


oleh sebab itu carilah satria itu
yatim piatu, tak bersanak saudara
sudah lulus weda Jawa
hanya berpedoman trisula
ujung trisulanya sangat tajam
membawa maut atau utang nyawa
yang tengah pantang berbuat merugikan orang lain
yang di kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan


169.
sirik den wenehi
ati malati bisa kesiku
senenge anggodha anjejaluk cara nistha
ngertiyo yen iku coba
aja kaino
ana beja-bejane sing den pundhuti
ateges jantrane kaemong sira sebrayat

pantang bila diberi
hati mati dapat terkena kutukan
senang menggoda dan minta secara nista
ketahuilah bahwa itu hanya ujian
jangan dihina
ada keuntungan bagi yang dimintai
artinya dilindungi anda sekeluarga


170.
ing ngarsa Begawan
dudu pandhita sinebut pandhita
dudu dewa sinebut dewa
kaya dene manungsa
dudu seje daya kajawaake kanti jlentreh
gawang-gawang terang ndrandhang


di hadapan Begawan
bukan pendeta disebut pendeta
bukan dewa disebut dewa
namun manusia biasa
bukan kekuatan lain diterangkan jelas
bayang-bayang menjadi terang benderang


171.
aja gumun, aja ngungun
hiya iku putrane Bethara Indra
kang pambayun tur isih kuwasa nundhung setan
tumurune tirta brajamusti pisah kaya ngundhuh
hiya siji iki kang bisa paring pituduh
marang jarwane jangka kalaningsun
tan kena den apusi
marga bisa manjing jroning ati
ana manungso kaiden ketemu
uga ana jalma sing durung mangsane
aja sirik aja gela
iku dudu wektunira
nganggo simbol ratu tanpa makutha
mula sing menangi enggala den leluri
aja kongsi zaman kendhata madhepa den marikelu
beja-bejane anak putu


jangan heran, jangan bingung
itulah putranya Batara Indra
yang sulung dan masih kuasa mengusir setan
turunnya air brajamusti pecah memercik
hanya satu ini yang dapat memberi petunjuk
tentang arti dan makna ramalan saya
tidak bisa ditipu
karena dapat masuk ke dalam hati
ada manusia yang bisa bertemu
tapi ada manusia yang belum saatnya
jangan iri dan kecewa
itu bukan waktu anda
memakai lambang ratu tanpa mahkota
sebab itu yang menjumpai segeralah menghormati,
jangan sampai terputus, menghadaplah dengan patuh
keberuntungan ada di anak cucu


172.
iki dalan kanggo sing eling lan waspada
ing zaman kalabendu Jawa
aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa
cures ludhes saka braja jelma kumara
aja-aja kleru pandhita samusana
larinen pandhita asenjata trisula wedha
iku hiya pinaringaning dewa

inilah jalan bagi yang ingat dan waspada
pada zaman kalabendu Jawa
jangan melarang dalam menghormati orang berupa dewa
yang menghalangi akan sirna seluruh keluarga
jangan keliru mencari dewa
carilah dewa bersenjata trisula wedha
itulah pemberian dewa


173.
nglurug tanpa bala
yen menang tan ngasorake liyan
para kawula padha suka-suka
marga adiling pangeran wus teka
ratune nyembah kawula
angagem trisula wedha
para pandhita hiya padha muja
hiya iku momongane kaki Sabdopalon
sing wis adu wirang nanging kondhang
genaha kacetha kanthi njingglang
nora ana wong ngresula kurang
hiya iku tandane kalabendu wis minger
centi wektu jejering kalamukti
andayani indering jagad raya
padha asung bhekti


menyerang tanpa pasukan
bila menang tak menghina yang lain
rakyat bersuka ria
karena keadilan Yang Kuasa telah tiba
raja menyembah rakyat
bersenjatakan trisula wedha
para pendeta juga pada memuja
itulah asuhannya Sabdopalon
yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur
segalanya tampak terang benderang
tak ada yang mengeluh kekurangan
itulah tanda zaman kalabendu telah usai
berganti zaman penuh kemuliaan
memperkokoh tatanan jagad raya
semuanya menaruh rasa hormat yang tinggi